Menelusuri Hubungan Kepribadian Masa Kecil dan Niat Berwirausaha di Usia Dewasa

Studi ini melibatkan 684 keluarga yang memiliki kewarganegaraan Belgia dan berbahasa Flemish. Studi ini mengikuti keluarga-keluarga ini selama 17 tahun, dengan tujuh gelombang pengumpulan data hingga waktu analisis untuk studi ini.

Penulis studi menggunakan data dari lima periode pengumpulan data yang berbeda dari anak-anak yang berusia 6-9 tahun (pada tahun 2001) hingga mereka berusia 23-26 tahun (pada tahun 2018). Orang tua dari peserta studi menyelesaikan penilaian kepribadian anak-anak mereka (Hierarchical Personality Inventory for Children).

Penulis menggunakan data ini untuk menghitung kesamaan profil kepribadian anak-anak/remaja dengan profil kepribadian wirausaha. Niat wirausaha dinilai pada titik pengumpulan data terakhir (pada tahun 2018), ketika peserta yang bergabung dalam studi sebagai anak-anak sudah menjadi dewasa muda.

Hasil menunjukkan tidak ada asosiasi antara sifat kepribadian pada usia 6-9 tahun dan niat wirausaha di masa dewasa. Anak-anak yang menunjukkan tingkat kebaikan lebih rendah pada usia 9-12 tahun sedikit lebih mungkin menunjukkan niat wirausaha sebagai dewasa muda.

Peserta yang mencetak lebih tinggi pada ekstrover pada usia 12-15 tahun cenderung menunjukkan tingkat niat wirausaha yang sedikit lebih tinggi sebagai dewasa muda. Hubungan ini menjadi lebih kuat ketika dihitung dengan ekstrover pada usia 14-17 tahun. Peserta pria cenderung menunjukkan niat wirausaha yang lebih kuat.

Data menunjukkan bahwa sejak usia muda, ekstrover penting untuk munculnya niat wirausaha di usia yang lebih tua. Namun, asosiasi yang terdeteksi sangat lemah dan dapat dideteksi hanya karena studi ini melibatkan sejumlah besar anak-anak/peserta. Selain itu, keinginan untuk menjadi wirausahawan tidak sama dengan menjadi wirausahawan.

Sumber: “Seeking the roots of entrepreneurship: Childhood and adolescence extraversion predict entrepreneurial intention in adults,” ditulis oleh Annelot Wismans, Pauline Jansen, Roy Thurik, Peter Prinzie, dan Ingmar Franken.

Baca juga: Penelitian Menunjukkan Membaca Fiksi Dapat Meningkatkan Keterampilan Kognitif

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan