Laka Bus dan Truk Kerap Terjadi, Pelatihan DDT Kemenhub dan Perlindungan Supir Perlu Jadi Sorotan

JABAR EKSPRES – Profesi pengemudi bus dan truk di Indonesia menjadi masalah krusial yang perlu jadi perhatian. Pasalnya, pekerjaan mereka sangat riskan serta menyangkut nyawa orang.

Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno mengatakan, persoalan pertama yakni jumlah pengemudi bus dan truk di Indonesia mengalami penurunan.

“Mengalami penurunan dan ratio dengan jumlah kendaraan yang beroperasi sudah masuk dalam zona berbahaya,” katanya kepada Jabar Ekspres melalui seluler, Senin (13/5).

Djoko menilai, dari satu poin itu saja sudah sangat berisiko tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia, khususnya para penumpang.

“Kecakapan pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan di jalanan, dengan memanfaatkan teknologi yang ada pada bus dan truk masih kurang,” bebernya.

BACA JUGA: Dadang Supriatna Dinilai Gagal Dorong Realisasi DOB Kabupaten Bandung Timur

Di samping itu, ujar Djoko, kemampuan pengemudi bus dan truk, dalam melakukan pendeteksian dini atas kondisi kendaraan yang mengalami masalah, masih sangat rendah.

“Hal ini teridentifikasi dari faktor-faktor penyebab kecelakaan bus dan truk, yang terkait dengan kecakapan pengemudi ternyata tidak terpahami, pada mekanisme pengambilan SIM B1/B2,” ujarnya.

Djoko juga menyoroti mengenai mekanisme pelatihan Defensive Driving Training (DDT), yang selama ini dijadikan persyaratan wajib Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk mengeluarkan izin mengemudi.

“Masalah waktu kerja, waktu istirahat, waktu libur dan tempat istirahat pengemudi bus dan truk di Indonesia, masih sangat buruk,” imbuhnya.

BACA JUGA: Soal Pengawasan Kelaikan Bus Pariwisata, Begini Kata Dishub Jabar
Menurut Djoko, jam kerja pengemudi bus dan truk masih buruk, dikarenakan hingga saat ini tidak ada regulasi yang melindungi mereka.

Sehingga performa mereka berisiko tinggi terhadap kelelahan dan bisa berpotensi berujung pada microsleep, alias hilangnya kesadaran atau fokus karena merasa lelah atau mengantuk saat berkendara.

“Ketiga masalah itu sampai saat ini belum dilakukan sistem mitigasi yang terstruktur dan sistematis oleh pemerintah,” papar Djoko.

“Sehingga kedepannya, kecelakaan bus dan truk di Indonesia bisa akan terus terjadi. Bahkan cenderung akan mengalami peningkatan karena jika tidak ditangani hal ini akan semakin memburuk,” pungkasnya. (Bas)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan