BANDUNG, JABAR EKSPRES – Pesanan Al-Quran Braille di Percetakan Yayasan Penyantun Wyata Guna (YPWG), Jalan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung mengalami peningkatan di Ramadan tahun ini.
Salah seorang pembuat Al-Quran Braille, Muhammad Sofyan menyebut, di momentum bulan penuh berkah kali ini, Yayasan Penyantun Wyata Guna (YPWG) telah mendapatkan orderan sebanyak 100 Al-Quran yang didesain khsus untuk penyandang tunanetra.
“Untuk saat ini di bulan Ramadan kebetulan kita lagi mencetak Al-Quran khusus ini tanpa terjemah sebanyak 100 set atau 100 Al-Quran dalam 1 bulan. Jadi, kebetulan kita ada pesanan dari lembaga wakaf,” katanya saat ditemui di ruang Produksi Al-Quran Braille belum lama ini.
BACA JUGA: Sempat Melambung Tinggi, Harga Daging Sapi di Sukabumi Kini Turun hingga Puluhan Ribu
Sofyan mengatakan, dalam satu hari 3 Al-Quran bisa diselesaikan secara menyeluruh dengan menggunakan mesin yang didesain khusus untuk membuat huruf atau abjad braille.
“Jadi awalnya itu dari penaskahan, lalu setelah selesai penaskahan itu akan dikoreksi dulu oleh korektor untuk dilihat ada kesalahan atau tidak, nah kalau sudah dinyatakan tidak ada, baru akan dicetak oleh mesin pres. Jadi kalau dirata-ratakan itu bisa seharian (pembuatannya),” ucapnya.
Meski begitu, Sofyan menuturkan produksi Al-Quran khusus ini di Ramadan dinilai cukup signifikan dimandikan bulan-bulan sebelumnya.
“Ramadhan itu lebih buming (permintaan Al-Quran Braille). Tapi untuk Ramadhan tahun ini (2024) lebih kurang dibandingkan tahun kemarin (2023). Tapi relatif sih karena dari Januari kita sudah produksi sekitar 300,” imbuhnya.
BACA JUGA: Viral Shalat Tarawih Ngebut! Begini Tanggapan MUI Kota Bandung
Produksi Al-Quran Braille di Percetakan YPWG Masih Gunakan Mesin Jadul
Selain permintaan yang meningkat, Sofyan menyebut pembuatan Al-Quran Braille di Yayasan Penyantun Wyata Guna (YPWG) masih menggunakan Mesin Jadul.
Ia menyebut mesin yang berasal dari pabrikan Thomson tersebut, sudah ada sejak tahun 1952 di percetakan Yayasan Penyantun Wyata Guna, dan menjadi satu-satunya mesin cetak braille di Indonesia.
“Ini mesin datang ke indonesianya tahun 52, dan tunanetra juga banyak yang seneng dengan hasil produksi dari mesin ini dibanding dengan hasil print out,” pungkasnya. (San)