Kasus DBD di Kota Cimahi Meningkat, Dinkes Jabar Harap Masyarakat Lakukan Ini

JABAR EKSPRES – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Barat mengalami peningkatan yang signifikan, termasuk di wilayah Bandung Raya. Data terbaru menunjukkan, Kota Cimahi telah mencatat 254 kasus DBD hingga saat ini.

Fenomena ini menunjukkan, pada tahun 2024, angka kasus DBD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dengan peningkatan yang mencolok terjadi dalam lima tahun terakhir di hampir seluruh wilayah Jawa Barat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi, Dwihadi Isnalini menjelaskan pada Jabar Ekspres, sebagai langkah antisipasi, dilakukan zoom meeting dengan para guru paud, SD, dan SMP se-kota Cimahi yang dihadiri oleh 257 sekolah. Dalam pertemuan tersebut, diadakan koordinasi untuk pelaksanaan program ‘Jumantik’.

“Jadi kita berharap, menginformasikan pada para orang tua untuk melatih anak-anak memeriksa jentik di rumahnya sendiri, Jumantik itu juru pemantau jentik,” jelas Dwihadi pada Jabar Ekspres, Kamis 14 Maret 2024.

Bila 300 sekolah di Kota Cimahi berpartisipasi dalam kegiatan Jumantik, Dwihadi menerangkan jika setiap sekolah memiliki 100 murid yang melakukan kegiatan tersebut, maka totalnya akan ada 3.000 rumah yang diperiksa untuk penemuan jentik nyamuk.

“Jadi kami berharap dengan adanya ini setiap rumah bebas dari jentiknya. Dan pada hari Jumat kemarin tanggal 8 Maret 2024 kami bersama kelurahan, puskesmas, dan dengan Binwil dari SKPD kita melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dibantu oleh tiga STIKES,” terangnya.

PSN telah dilakukan di 15 kelurahan, dimana diprioritaskan di wilayah dengan kasus DBD yang tinggi. Hasil dari PSN menunjukkan angka bebas jentiknya yang rendah. Meskipun tingkat DBD tertinggi ada di Cipageran, namun hampir semua kelurahan telah melaksanakan PSN secara serentak.

“Dan memang ini angka bebas jentik kita rendah, sehingga kasusnya jentik pasti banyak disekitar kita dengan bukti kasus DBD nya tinggi,” kata Dwihadi.

“Jadi kita berharap masyarakat harus memahami untuk melakukan 3M, menutup tempat air, mengubur barang bekas yang bisa jadi penampungan air, dan menguras bak air,” tambahnya.

Dwihadi menyampaikan, telur Nyamuk Aedes Aegypti dapat bertahan di wadah yang kering selama sekitar enam bulan, dan ketika terkena air, telur tersebut menetas menjadi jentik yang kemudian berkembang menjadi nyamuk dewasa.

Writer: Firman Satria

Tinggalkan Balasan