JABAR EKSPRES – Pengenalan konsep puasa pada anak adalah proses yang harus dilakukan secara bertahap. Seorang anak tidak dapat langsung menjalankan puasa Ramadhan secara penuh tanpa persiapan yang matang. Pertanyaan yang sering muncul adalah, pada usia berapa sebaiknya anak mulai menjalankan puasa sepenuhnya?
Dalam konteks bahasa Arab, puasa berasal dari kata “shaum” atau “shiyam”, yang artinya menahan diri atau mengekang diri dari berbagai aktivitas seperti makan, minum, marah, dan sebagainya. Perintah untuk menjalankan ibadah puasa ini dijelaskan dalam ayat suci Al-Qur’an:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Selain itu, terdapat beberapa syarat yang perlu dipenuhi sebelum menjalankan puasa Ramadhan, seperti balig, berakal, suci, mukim, dan mampu berpuasa.
BACA JUGA : Puasa Setengah Hari bagi Orang Dewasa? Bolehkah dalam Islam?
Puasa Ramadhan diwajibkan bagi umat Muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tersebut. Namun, ini bukan berarti bahwa anak-anak yang belum balig langsung diwajibkan untuk berpuasa sepenuhnya. Pendidikan puasa pada anak harus dilakukan secara bertahap oleh orang tua atau pendidik.
Usia anak untuk mulai berpuasa penuh berkaitan dengan konsep balig dalam Islam. Kitab Mizanul Kubra karya Abdul Wahab As-Sya’rani menyatakan bahwa anak dapat mulai berpuasa penuh pada usia tujuh tahun atau setelah balig. Pada usia ini, anak dianggap sudah mencapai kedewasaan dalam Islam.
Walaupun belum diwajibkan, orang tua tetap memiliki peran penting dalam mengajarkan puasa kepada anak secara bertahap. Anak dapat diperkenalkan dengan puasa dalam beberapa jam, setengah hari, hingga akhirnya mencapai puasa penuh.
Dalam hal ini, Islam memberikan toleransi dan pemahaman bahwa ada usia tertentu di mana anak dianggap sudah cukup matang untuk menjalankan ibadah puasa.
Jadi, sementara pada usia tujuh tahun anak dapat berpuasa setengah hati, pada usia sepuluh tahun, mereka diwajibkan untuk berpuasa penuh, meskipun belum balig.
Hal ini menunjukkan bahwa pengenalan puasa pada anak harus disesuaikan dengan perkembangan individu mereka, dengan tetap memperhatikan kesiapan fisik dan mental. Semoga penjelasan ini bermanfaat dalam memahami usia anak untuk menjalankan puasa sepenuhnya menurut ajaran Islam.