JABAR EKSPRES – Melonjaknya kasus tuberkulosis atau TBC di Kota Bogor hingga menelan 14 korban jiwa pada dua bulan terakhir ini memantik perhatian Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah.
Ia meminta aparatur wilayah untuk serius terlibat mengantisipasi dan menanggulangi masalah tersebut dengan menggencarkan inovasi Aksi Geulis (Akselerasi Gerakan Eliminasi Tuberkulosis).
Permintaan itu disampaikan Syarifah di hadapan aparatur wilayah dan unsur tenaga kesehatan serta kader saat menggelar rapat koordinasi lintas program dan lintas sektor penanggulangan TBC belum lama ini.
BACA JUGA: Wujud Samsung Galaxy Z Fold 6 Terkuak Sebelum Peluncuran, Pakai Kamera 200 MP dan Snapdragon 8 Gen 3
Menurutnya, upaya pencegahan menjadi kewajiban pemerintah untuk mengkoordinasikan semua unsur masyarakat sebagai langkah antisipasi.
“Jangan sampai menunggu kondisinya menjadi lebih buruk. Kita tidak bisa santai, karena kasus Kota Bogor tertinggi di Jawa Barat dan Jawa Barat tertinggi di Indonesia. Ini harus kita tangani dan tanggulangi,” katanya dikutip Jumat, 1 Maret 2024.
Ia menyampaikan, pasien penderita TBC bisa sembuh dengan cara minum obat secara rutin selama 6 bulan tanpa berhenti.
Dalam menangani dan mengobati satu orang penderita TBC, sambung dia, dibutuhkan Rp250 juta selama satu tahun hingga sembuh. Sedangkan untuk satu pasien Covid-19 hanya Rp100 juta dalam satu tahun.
“Dampak TBC akan menurunkan kemampuan penderitanya dan jika sudah menyebar ke organ lain pada akhirnya tidak produktif dan menambah beban,” ujar Syarifah.
BACA JUGA: Minuman Detox Raspberry Dapat Menjaga Kulit Tetap Sehat dan Kencang!
Saat ini, lanjut dia, Kota Bogor juga tengah menangani stunting anak-anak Kota Bogor. Anak stunting lemah dan mudah terkena TBC yang bisa berdampak masukan gizi apapun akan mempersulit untuk mengembalikan kondisi anak dari stunting.
Menurutnya, TBC dan stunting saling berkaitan. Untuk itu penanganan TBC harus di treking, mulai dari keluarga, teman atau yang terdekat dengan penderita.
“Ditelusuri dan di cek, pastikan obatnya diminum. Jika penyebarannya cepat kita tidak bisa bekerja secara manual, untuk itu Dinkes Kota Bogor membuat sistem inovasi Si Geulis,” paparnya.