JABAR EKSPRES – Khutbah Jumat berasal dari bahasa Arab “Khotbah” yang artinya pidato atau ceramah yang berisi tentang keagamaan.
Khutbah Jumat selalu dilakukan sebelum sholat berjamaah dua rakaat pada waktu dzuhur. Sholat Jumat hukumnya sangat wajib bagi laki-laki dan sunnah bagi perempuan.
Baca Juga: Contoh Teks Khutbah Jumat Tentang Jaga Kerukunan Meski Berbeda Pilihan
Khutbah Jumat memiliki banyak manfaat dan tujuan untuk mengajak jamaah untuk selalu berjuang menggiatkan dan membudayakan Syariat Islam dalam masyarakat.
Menyatukan Jamaah, memberikan pelajaran serta motivasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dan juga mengingatkan kaum muslim mengenai ajaran Islam, baik perintah maupun larangan-Nya.
Melansir dari islam.nu.or.id berikut contoh teks khutbah jumat tentang “Mari Hidupkan Malam Nisfu Sya’ban”.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Innalhamdalillah Nahmaduhu Wanastainuhu Wanastagfiruhu Wanauzubillahi Minsuururi Anfusina Waminsayyiati a’malina mayadillahu falaamudillalah wamayudilluhu falahadialah. Asyhadualla ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu wa rosuuluh.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kepada Tuhan yang Maha Esa Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat yang banyak sehingga kita semua dapat berkumpul di hari Jumat ini.
Sholawat serta salam mari kita curahkan kepada junjungan kita semua, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam yang telah membawa kita semua dari zaman Jahilliah menuju zaman yang bisa seperti ini.
Pada kesempatan ini, kita akan berbicara tentang “Mari Hidupkan Malam Nisfu Sya’ban”.
Bulan Sya’ban merupakan bulan mulia dan bulan penyambut Ramadhan yang kehadirannya sangat ditunggu-tunggu oleh kaum muslimin.
Sya’ban juga memiliki banyak kemuliaan, sehingga Nabi saw memperbanyak ibadah puasa sunnah pada bulan ini. Sebagaimana dituturkan dalam hadits:
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ رضي الله عنها، عَنْ صِيَامِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي شَعْبَانَ، فَقَالَتْ: كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ، مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
Artinya: “Dari Abu Salamah bin Abdurrahman, ia berkata: “Aku bertanya kepada Aisyah (istri Rasulullah) tentang puasa Rasulullah saw di bulan Sya’ban. Aisyah menjawab: ‘Beliau berpuasa hingga kami mengira beliau tidak akan berbuka, dan beliau berbuka hingga kami mengira beliau tidak akan berpuasa. Aku tidak melihat Rasulullah saw menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan aku tidak melihat beliau berpuasa lebih banyak di bulan lain selain di bulan Sya’ban’.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).