JABAR EKSPRES – Ibu-ibu rumah tangga di Kabupaten Bandung Barat (KBB) menjerit akibat harga beras dalam beberapa pekan ini terus melambung tinggi.
Pantauan di pasar Tradisional Tagog Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, harga beras jenis medium saat ini sudah mencapai Rp15.000 per kilogram. Sementara untuk beras jenis premium menginjak di harga Rp16.500 per kilogram.
Kenaikan harga beras yang terus meroket pun dikeluhkan oleh Risma Handayani (33), warga Desa Padalarang, Kecamatan Padalarang, Bandung Barat. Ia menyebut harga beras di warung kelontong sudah menginjak Rp18.000 per kilogram.
“Minggu lalu masih di harga Rp17.000 di warung, sekarang makin mahal,” kata Risma di Padalarang, Rabu (21/2).
BACA JUGA: Walhi Jabar Tolak Rencana Penambahan Lampu di Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung
Dengan harga beras yang tinggi, dia terpaksa mengurangi uang belanja keperluan lainnya untuk ditambahkan pada belanja beras.
“Kalau harga beras semakin naik terus, bisa-bisa masyarakat kembali makan singkong,” katanya.
Tak hanya Risma, Cucu Royati (72) warga Desa Jayamekar, Kecamatan Padalarang pun mengeluhkan hal yang sama. Bahkan Cucu hanya sanggup membeli beras setengah kilogram. Pasalnya, uang belanja digunakan untuk keperluan lainnya.
“Emak mah cuma bisa beli setengah kilo, marahal. Kalau beli satu kilogram, emak gak bisa beli keperluan lainnya,” kata Cucu.
BACA JUGA: Dinkes Jabar Catat 23 Petugas Pengawal Pemilu 2024 Meninggal Usai Bertugas
Tak hanya jadi keluhan di tingkat ibu-ibu rumah tangga, kenaikan harga beras ini juga jadi keluhan para pedagang. U Daryana (63), pedagang beras di Pasar Tradisional Tagog Padalarang juga mengeluhkan akibat harga beras naik berdampak berkurangnya jumlah pembeli beras yang disebutnya tidak sama seperti sebelum terjadi kenaikan.
“Agak seret tingkat penjualan beras sekarang ini, utamanya beras jenis premium yang memang lebih mahal dari harga beras kualitas di bawahnya,” katanya.
Ia pun mengatakan bahwa stok yang ia siapkan tidak begitu banyak karena dikhawatirkan harga akan kembali mengalami kenaikan.
“Gak berani nyetok beras banyak, yang kemarin-kemarin saja masih ada di gudang. Jadi dihabiskan dulu stok beras yang ada,” tandasnya.