JABAR EKSPRES – Pengusaha batik Aditya Suryadinata mengungkapkan bahwa e-commerce atau toko online seperti Tokopedia dan TikTok Shop telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan penjualan batiknya.
“Penjualan kami bisa naik 25 persen lewat e-commerce,” ucap Aditya selaku CEO Rianty Batik dalam workshop di Yogyakarta, Selasa (6/2).
Bahkan, toko online ini memungkinkan batik mereka untuk menjangkau pasar global.
“Saat ini dari penjualan daring bisa memberi kontribusi 20-25 persen. Omzet rata-rata di atas Rp 50 juta. Tetapi mayoritas masih dari penjualan offline (langsung) dari 13 cabang toko yang ada di Yogyakarta, Jakarta, Bandung, dan Medan,” ujar Aditnya.
Dengan kontribusi yang begitu besar dari penjualan online, Aditya membuat keputusan untuk meningkatkan penjualan produk batik printing hingga 70 persen dari stok.
Baca juga: Tips Ampuh Meningkatkan Penonton Shopee Live, Strategi Penjual dan Pemasaran Afiliasi
“Jadi 70 persen batik printing, 15 persen batik cap, 15 persen batik tulis. Kenapa 70 persen printing? Karena kita persiapan untuk penjualan online. Kalau batik cap mungkin hampir bisa sama tapi pasti akan berbeda karena buatan tangan. Kalau batik tulis satu desain, satu produk, sehingga kurang efisien waktu pekerjaannya,” kata Aditya.
Aditya mengungkapkan bahwa toko online telah sangat membantu bisnisnya bertahan ketika terjadi pandemi COVID-19.
“Karena saat pandemi kemarin, kami merasakan betul dampaknya. Apalagi sektor pariwisata di Yogyakarta, tapi karena jualan online inilah yang membantu bisa bertahan,” ucapnya.
Aditya juga menjalin kerja sama dengan pembatik dari berbagai daerah untuk menciptakan desain dan barang-barang batik lainnya.
“Daerah Jawa paling banyak Yogyakarta, Solo, Boyolali dan beberapa daerah lainnya,” ujar Aditya.
Aditya pun menyadari pentingnya membangun branding yang kuat sebagai dasar dalam mempertahankan sebuah bisnis dan menekankan pada perbedaan produk dengan produk lain serta menjaga kualitas.
“Untuk membuat fondasi yang kuat, pasti kita harus punya branding yang kuat. Lalu kita harus bikin produk yang unik dari yang lain dan kualitas itu harus kita pertahankan,” ucap Aditnya.
Selain itu, Aditya juga memanfaatkan limbah batik yang tersisa setelah produksi dengan berkolaborasi dengan pengrajin UMKM lokal untuk membuat aksesoris.