JABAR EKSPRES – Rohmansyah, pemilik Kopi Magma, menghadapi tantangan berat dalam mengembangkan usahanya di tengah persaingan bisnis. Banyak pelaku usaha kecil merasa kesulitan mengakses bahan baku karena dominasi para pengusaha bermodal besar atau kelompok kopi besar.
Mobil dengan penuh antusiasme menyusuri kota demi mencari buah Cherry langsung dari kebun. Namun, dampaknya adalah berbagai proses kecil yang diabaikan selama dua tahun terakhir jatuh ke titik terendah, mengakibatkan usaha tersebut akhirnya bangkrut.
Rohmansyah mengatakan, dua tahun yang lalu, pertanian mengalami kegagalan panen yang dapat disebabkan oleh faktor cuaca yang tidak menguntungkan. Namun, kali ini kegagalan panen telah mencapai proporsi yang lebih dramatis dan mendunia.
“Sehingga nilai bahan baku lumayan mahal, biasa terkendala karena supply-demand. Supply sedikit dan demand masih tinggi, akhirnya harga ke Cherry jadi tinggi,” ucap Rohmansyah pada Jabar Ekspres sembari menikmati Kopi Espreso buatannya di lapangan Pemkot Cimahi, Jumat 26 Januari 2024.
Saat ini, Rohmansyah memiliki kebun pribadi di Malabar, Baleendah, di mana produk-produknya secara eksklusif disediakan khusus untuk kafe yang dimilikinya.
“Kalau saya kan dari hulu, dari kebun. Untuk kebun sendiri kalah tahun ini mudah-mudahan ada peningkatan panen kopinya,” ungkapnya serius.
“Cara menyiasatinya kita olah sampai ke hilir secara langsung. Karena kalau misalkan kita jual grean bean kita jual segimana juga habis,” tambah pria berusia 48 tahun tersebut.
Tahun 2024 menjadi tantangan berat dalam sektor pertanian, di mana petani yang sebelumnya meraih sukses pada tahun 2022 menghadapi penurunan yang signifikan. Ironisnya, sebagian lahan kopi yang dulu subur kini terpaksa beralih ke komoditas lain.
“Saya development udah 50 hektare sama kelompok tani di kawasan Malabar, LMDH di tempat saya berkebun. Bahkan hanya tinggal 10 hektare,” ucapnya sedih.
Jika ditelaah peluangnya, permintaan untuk kopi sebenarnya cukup tinggi. Namun, sayangnya, Rohmansyah merasakan kendala di tengah-tengah proses pasca panen hingga ke green beans yang cukup rumit.
“Namun, trustnya yang dirusak sama orang-orang kopi yang main dimediokernya itu. Tidak dipungkiri di tingkat petani ada beberapa yang merusak kultur untuk bisnis kopi supaya bisa berkembang,” ungkap pemilik Kopi Magma dengan menggebu-gebu.