Kepada penulis, Dedie mengaku, kini pihaknya terus mencari sumber-sumber pendanaan dan menyebut bahwa ada sejumlah peluang yang menunjukkan ketertarikan investor dalam pembiayaan proyek tersebut.
“Ada potensi investor, namun masih kita coba seriuskan lagi. Masih dijajaki,” kata Dedie.
Pemkot Bogor mencatat, berdasarkan perhitungan tahap awal dibutuhkan anggaran sekitar Rp1,7 triliun untuk membangun Trem dengan lintasan sepanjang 12 kilometer.
Proyek ini akan mencakup empat koridor trem, dengan fokus awal pada koridor satu yang menghubungkan Stasiun Bogor dengan Baranangsiang. Skema ini mengintegrasikan Commuter Line, Kereta Api Pangrango dan LRT Jabodebek.
Koridor satu memiliki 17 stopplaats atau stasiun kecil dimulai dari Stasiun LRT Baranangsiang di Tanah Baru, Terminal Baranangsiang, Cidangdiang, Geulis, Roda, Cincau, Paledang, Herbarium, Kapten Muslihat, Stasiun Bogor, Salmun, Pasar Anyar, Pengadilan, Sempur, Pajajaran, dan Mal Botani Square.
Sedangkan untuk koridor dua memiliki rute Warung Jambu – Jalan Pengadilan dengan 10 stopplaats, kemudian koridor tiga yakni, Warung Jambu – Lippo Plaza dengan 12 stopplaats, dan koridor empat memiliki rute Terminal Baranangsiang – Ekalokasari dengan 12 stopplaats.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor, Marse Hendra Saputra meyakinkan proyek jangka panjang ini diharapkan dapat mengurai kemacetan di pusat ‘Kota Hujan’.
BACA JUGA: Menang di MA, Pemkot Ancang-ancang Eksekusi Plaza Bogor
Untuk itu, pihaknya berharap Perumda Trans Pakuan yang ditugaskan berdasarkan Perwali dapat mengakselerasi skema pembiayaan yang dibutuhkan.
Menurut Marse, pentingnya menghindari tumpang tindih dengan moda transportasi lain, seperti Biskita, menjadi fokus dalam proses review.
Dishub akan memberikan penugasan kepada Perumda trans Pakuan untuk mempersiapkan segala aspek, termasuk pencarian investor dan pola kerjasama yang sesuai.
“Maka Perwali penugasan ini kami batasi sampai dengan persiapan penyelenggaraannya, tidak sampai dengan penyelenggaraannya, karena nanti pola penyelenggaraannya akan berbeda setelah disiapkan, apakah ini BOT, kerjasama dan pengelolaannya siapa, nah itu yang dilakukan oleh Perumda Trans Pakuan,” jelas Marse.
Diketahui, Pemkot Bogor bersama PT. KAI dan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Indonesia Infrastructure Finance (IIF) dan PT. Colas Rail juga sempat duduk bareng dengan menggelar Focus Group Discussion (FGD) terkait perencanaan dan pengembangan moda perkeretaapian perkotaan tersebut. (YUD)