Prabowo-Gibran juga unggul atas Ganjar-Mahfud jika kedua pasangan ini disimulasikan bertemu di putaran kedua. Sebanyak 51,5 persen memilih Prabowo-Gibran dan 42,8 persen responden memilih Ganjar-Mahfud.
Simulasi Gubernur DKI: RK Memimpin LSJ juga memanfaatkan kesempatan kegiatan survei Pilpres di DKI Jakarta kali ini untuk menjaring kandidat potensial Gubernur DKI periode 2024-2029.
Dari aspek popularitas, tokoh-tokoh seperti Anies Baswedan, Sandiaga Uno, Basuki Tjahaya Purnama dan Ridwan Kamil (RK) masih jauh lebih dikenal warga DKI Jakarta ketimbang nama Pj. Gubernur DKI Heru Budi Hartono, mantan Wagub DKI Ahmad Riza Patria, dan mantan KSAD Dudung Abdurrahman.
Sedangkan dari aspek akseptabilitas, nama Anies Baswedan mulai kurang diterima oleh masyarakat DKI dan hanya berada di posisi ketiga dibawah Ridwan Kamil dan Kaesang Pangarep, bahkan hanya unggul tipis atas Tri Risma Harini dan Sandiaga Uno.
Lantas, dari aspek elektabilitas atau tingkat keterpilihan, Anies Baswedan juga tidak lagi menjadi pilihan warga Jakarta.
Ketika LSJ mengajukan pertanyaan kepada responden, siapa yang akan dipilih jika Pilgub DKI dilaksanakan saat ini, ternyata justru nama Ridwan Kamil (RK) yang memimpin dengan 23,4 persen.
Kemudian di posisi kedua muncul nama Menteri Sosial Tri Risma Harini (19,2 persen), barulah nama Anies Baswedan dengan elektabilitas 18,4 persen. Kecewa Terhadap Kepribadian Anies Dengan demikian, baik untuk kontestasi Pilpres Februari 2024 maupun Pilgub November 2024, sosok Anies Baswedan cenderung ditinggalkan warga Jakarta.
Jika sekitar tiga bulan yang lalu Anies masih menjadi idola di wilayah Ibu Kota ini dan mendominasi dalam berbagai survei Pilpres dan Pilgub, kini mantan Mendikbud itu menjadi figur yang kurang disukai oleh Warga Jakarta. Ketika LSJ menanyakan kepada responden yang tidak memilih Anies, pada umumnya mereka mengaku kecewa terhadap kepribadian Anies terutama performa yang diperlihatkan selama dua kali debat capres.
Sebagaimana mayoritas masyarakat Indonesia, warga DKI ternyata juga kurang menyukai kandidat yang sering melakukan serangan personal kepada kandidat lain.
Kepada responden dalam survei ini LSN menanyakan apakah suka atau tidak suka terhadap seorang capres yang gemar menyerang aspek personal capres lain, ternyata mayoritas warga atau 71,6 persen responden mengaku tidak suka. Hanya 24,5 persen responden yang menyatakan suka terhadap strategi menyerang personal kandidat lain dan 3,9 persen responden tidak dapat memberikan tanggapan.