JABAR EKSPRES – Musibah, suatu saat akan menimpa hambanya yang masih memiliki keimanan. Tanpa diketahui kapan waktunya dan seberapa besar penderitaannya. Musibah bisa menjadi sebuah ujian atau Azab bagi yang menerimanya.
Lalu bagaimana cara membedakan sebuah musibah merupakan ujian atau azab, bisa kita cari tahu disini.
Perbedaan ujian dan azab sangatlah besar, jika ujian didatangkan Allah pada hambanya dengan tujuan untuk menaikkan derajat sang hamba, maka azab didatangkan Allah sebagai hukuman atas dosa-dosa yang selama ini dilakukan.
Meski secara umum kita tidak bisa memastikan dengan benar apakah musibah yang sedang datang pada kita merupakan ujian atau azab, namun hal ini justru bisa dilihat dari dalam diri orangnya sendiri.
Baca juga; 3 Jenis Musibah yang Menimpa Pada Manusia, Ada yang Justru Meninggikan Derajat
Menurut Ustadz Raehanul Bahraen, Untuk membedakan sebuah musibah merupakan ujian atau azab bisa dilihat dari beberapa tanda-tanda, diantaranya sikap dari orang yang menerima musibah tersebut.
Perhatikanlah hadis berikut, Rasulullah Shallallahu alahi wasallam bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ،
فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah Ta’ala mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya. Barangsiapa yang rida, maka Allah akan meridainya. Dan barangsiapa yang murka (tidak menerimanya), maka Allah murka kepadanya.” (HR. At-Tirmidzi).
Dari Hadits tersebut bisa diketahui salah satu tanda musibah sebagai ujian adalah apabila dia rida, maka Allah Ta’ala akan rida padanya. Apabila dia murka dan tidak terima dengan musibah yang merupakan takdir dan perbuatan Allah, maka Allah pun murka kepadanya.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Rahimahullah berkata,
علامة الابتلاء على وجه العقوبة والمقابلة: عدم الصبر عند وجود البلاء، والجزع والشكوى إلى الخلق. وعلامة الابتلاء تكفيرا وتمحيصا للخطيئات: وجود الصبر الجميل من غير شكوى، ولا جزع ولا ضجر، ولا ثقل في أداء الأوامر والطاعات. وعلامة الابتلاء لارتفاع الدرجات: وجود الرضا والموافقة، وطمأنينة النفس، والسكون للأقدار حتى تنكشف
Tanda bala (musibah) sebagai hukuman dan sebagai pembalasan adalah orang tersebut tidak bersabar, bahkan bersedih dan mengeluh kepada makhluk. Tanda bala (musibah) sebagai penebus dan penghapus kesalahan adalah kesabaran yang indah tanpa mengeluh, tidak bersedih dan tidak gelisah, serta tidak merasa berat ketika melaksanakan perintah dan ketaatan. Tanda bala (musibah) sebagai pengangkat derajat adalah adanya rida, merasa cocok/sesuai (atas takdir Allah), dan merasa tenang jiwanya serta tunduk patuh terhadap takdir hingga hilangnya musibah tersebut” (At Tabaqatul Kubra As-Sya’rani, hal. 193).