JABAR EKSPRES- Selama tiga bulan terakhir, genosida di Jalur Gaza telah menyisakan duka mendalam dengan setidaknya 22.835 jiwa yang terenggut, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Brutalitas genosida yang terus berlanjut oleh Israel menimbulkan keprihatinan dunia atas dampak kemanusiaan yang terus memburuk.
Pada Senin, 8 Januari 2024, laporan dari kantor berita WAFA menyebutkan bahwa puluhan warga sipil tak bersalah tewas dalam serangan brutal selama beberapa jam terakhir, menandai berlangsungnya kampanye genosida yang tidak kenal henti di Jalur Gaza selama 93 hari berturut-turut.
Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah menjadi salah satu sasaran pasukan penjajah Israel (IDF), menyebabkan korban syahid dan cedera di kalangan warga sipil.
Di berbagai wilayah Gaza, serangan udara dan tembakan artileri terus berlangsung, mengakibatkan kematian tragis warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak.
BACA JUGA : Umat Kristen di Gaza jadi Sasaran Baru Pemukim Yahudi
Sejumlah daerah seperti Nuseirat dan Zawaida di Gaza tengah serta Al-Araishia di selatan menjadi saksi peristiwa mengerikan ini. Serangan terhadap rumah sakit, masjid, dan kelompok warga sipil di berbagai wilayah terus memakan korban tak bersalah.
Dalam satu kejadian yang mencengangkan, tiga jurnalis menjadi korban serangan Israel yang menargetkan kendaraan mereka di utara Rafah. Jurnalis Hamzah la-Dahdouh dan Mustafa Thraya tewas, sedangkan jurnalis ketiga mengalami luka serius. Serangan semacam ini menyoroti risiko bagi mereka yang berusaha melaporkan kebenaran di tengah konflik.
Data terbaru dari sumber medis melaporkan bahwa dalam 24 jam terakhir, terjadi 12 pembantaian di Jalur Gaza, menewaskan 113 warga sipil dan melukai 250 lainnya. Angka kematian yang mencapai ribuan dan jumlah korban luka yang terus bertambah menjadi gambaran tragis atas konflik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, Martin Griffiths, menyampaikan keprihatinan serius terkait situasi di Gaza. Menurutnya, 2,3 juta penduduk Gaza menghadapi ancaman setiap hari terhadap keberadaan mereka.
BACA JUGA : Arab Saudi Resmi Bergabung BRICS, Gabung dengan Rusia dan Cina
Griffiths menyoroti tingkat kerawanan pangan yang sangat tinggi, kekurangan pasokan medis, dan kondisi kesehatan masyarakat yang semakin buruk. Ia memperingatkan bahwa Gaza, dalam kondisinya yang kacau, menjadi tidak bisa dihuni, dan bencana kemanusiaan semakin nyata.