Tema “Menyiarkan Al-Qur’an untuk Kemakmuran Dunia” yang diangkat dalam diskusi ilmiah ulama Al-Qur’an di Pesantren Al-Hikamussalafiyah memperlihatkan relevansi pesan-pesan keagamaan dengan konteks kemajuan dan kedamaian dunia. KH Sa’dulloh, pemimpin Pondok Pasantren Al-Hiamussalafiyyah, menggambarkan pandangannya mengenai pentingnya menyebarkan ajaran Al-Qur’an sebagai kunci menuju kemakmuran dalam kehidupan manusia. Dalam acara halaqoh tersebut, beliau menekankan bahwa pembacaan, pemahaman, dan praktik dari Al-Qur’an adalah landasan utama untuk mencapai kemakmuran baik secara global maupun personal.
Al-Qur’an, bagi umat Muslim, merupakan pedoman dan sumber ajaran yang mengandung beragam petunjuk bagi kehidupan sehari-hari. Namun, banyak yang meragukan bahwa membaca Al-Qur’an dapat membawa kemakmuran, terutama dalam aspek kehidupan duniawi.KH. Sa’dulloh menyoroti kepercayaan ini dan menegaskan bahwa kesibukan seseorang dalam membaca Al-Qur’an dan berdzikir kepada Allah, walaupun kadang-kadang terlupa untuk berdoa, sebenarnya tidak perlu menjadi sumber kekhawatiran. Allah, dalam keyakinan Sa’dulloh, akan memberikan yang lebih baik bagi mereka yang konsisten membaca Al-Qur’an tanpa terus meminta.
Pesan yang disampaikan KH. Sa’dulloh terkait makna membaca Al-Qur’an mengilustrasikan tiga langkah penting: membaca, memahami, dan mengamalkan ajarannya. Konsistensi dalam langkah-langkah ini diyakini KH. Sa’dulloh sebagai kunci utama untuk mencapai kemakmuran. Dia percaya bahwa Allah tidak akan meninggalkan mereka yang rajin berinteraksi dan mengamalkan ajaran dari Al-Qur’an.
Diskusi yang dihadiri oleh tiga narasumber dari bidang Al-Qur’an dan digitalisasi pesantren juga merupakan komponen penting dalam acara ini. Narasumber pertama, KH. Dadang Alawi dari pengurus LPTQ Kabupaten Sumedang, membahas pendalaman metode tahsin, talaqi, dan murojaah Al-Quran untuk memperdalam pemahaman akan Al-Qur’an. Narasumber kedua, Hj. Mutmainnah, Wakil Rektor III Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta, menekankan pentingnya belajar tajwid dan waqof dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Sementara narasumber ketiga, Setya Affandi dari tim digitalisasi pesantren RMI PBNU, membahas digitalisasi sistem pelaporan dan administrasi tahfidz yang dapat mendukung pengajaran Al-Qur’an secara lebih efektif.