Kapal Pinisi Dijadikan Google Doodle Hari Ini, Berikut Sejarahnya

JABAR EKSPRES – Google Doodle hari ini memperingati Kapal Pinisi dari Sulawesi Selatan yang diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tanggal 7 Desember 2017.

Kapal Pinisi adalah jenis perahu tradisional yang digunakan oleh masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Kapal ini memiliki ciri khas dengan dua layar utama dan tujuh layar, dan berfungsi sebagai pengangkut barang antar pulau. Nama Pinisi diduga berasal dari kata Venesia yang berubah menjadi Penisi sesuai dengan dialek Konjo, atau berasal dari kata panisi yang berarti memasukkan.

Kapal Pinisi telah ada sejak abad ke-16 dan digunakan oleh pelaut Bugis, Konjo, dan Mandar di Sulawesi Selatan. Pada tahun 1930-an, teknologi pembuatan kapal Pinisi mendominasi kapal-kapal di sekitar Selat Malaka. Saat ini, kapal Pinisi digunakan sebagai kapal pesiar mewah baik untuk tujuan komersial maupun ekspedisi, dengan interior yang mewah dan perlengkapan wisata bahari lengkap.

UNESCO mengakui kapal Pinisi sebagai Warisan Budaya Dunia karena proses pembuatannya yang melibatkan kerja sama, kerja keras, keindahan, dan penghargaan terhadap lingkungan alam. Teknik pembuatan kapal Pinisi sangat memperhatikan ketelitian dari segi teknik dan navigasi. Namun, pembuatan kapal Pinisi semakin berkurang karena ketersediaan kayu yang berkualitas sulit ditemukan.

Baca Juga: Inilah Alasan Houthi Yaman Serang Kapal Israel dan Amerika Serikat di Laut Merah

Proses pembuatan kapal Pinisi terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah menentukan hari baik untuk mencari kayu.

Tahap kedua melibatkan penebangan, pengeringan, dan pemotongan kayu, yang memakan waktu berbulan-bulan. Tahap terakhir adalah peluncuran kapal ke laut setelah dilakukan upacara “maccera lopi” yang melibatkan penyembelihan hewan.

Kapal Pinisi merupakan sebuah simbol filosofis yang mewakili nilai-nilai kerja keras, kerja sama, keindahan, dan penghormatan terhadap alam.

Meskipun pembuatan kapal Pinisi semakin berkurang, tradisi ini masih dapat ditemukan di beberapa daerah di Sulawesi Selatan seperti Tana Beru, Bira, dan Batu Licin di Kabupaten Balukumba.

Pengakuan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia memberikan penghargaan atas nilai budaya dan keindahan yang terkandung dalam kapal Pinisi, serta mempromosikan keberlanjutan tradisi pembuatan kapal ini.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan