JABAR EKSPRES – Serangan darat militer Israel telah meluas ke seluruh wilayah Gaza, dengan perintah evakuasi lebih lanjut di wilayah selatan yang padat penduduk. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa sekitar 1,8 juta warga Palestina di Gaza telah mengungsi, dengan sebagian besar berada di fasilitas PBB di bagian selatan. PBB mendesak diakhirinya perang karena penderitaan warga sipil menjadi terlalu berat.
Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa jumlah korban tewas sejak 7 Oktober telah melampaui 15.500 orang, dengan lebih dari 41.000 orang terluka. Meskipun kementerian tersebut tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan, mereka mengatakan bahwa 70% korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.
Ketegangan meningkat dengan adanya serangan terhadap kapal perang AS dan kapal komersial di Laut Merah, yang dilaporkan oleh pemberontak Houthi di Yaman. Harapan untuk gencatan senjata sementara di Gaza juga memudar, dengan Israel memanggil pulang para perundingnya dan menyatakan bahwa perang akan terus berlanjut hingga semua tujuan tercapai.
Amerika Serikat telah mendesak Israel untuk melindungi warga sipil dan menghindari pemindahan massal yang signifikan. Wakil Presiden AS, Kamala Harris, menyatakan bahwa AS tidak akan mengizinkan relokasi paksa warga Palestina, serta mengungkapkan keprihatinan terhadap tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan seperti kekerasan pemukim ekstremis dan perubahan perbatasan.
Harris juga berbicara dengan Mahmoud Abbas, kepala Otoritas Palestina, untuk menyatakan dukungan AS atas keamanan dan penentuan nasib sendiri rakyat Palestina.
Baca Juga: Netanyahu Tegaskan Israel Akan Terus Serang Gaza Setelah Gencatan Senjata Berakhir
Di medan perang di Gaza, terjadi kekacauan dan penderitaan. Seorang bocah laki-laki di samping jasad adiknya yang tewas menunjukkan betapa tragisnya situasi di sana. Ketakutan dan duka dirasakan oleh warga Gaza yang tidak memiliki tempat untuk mengungsi lagi dan terpaksa tinggal di daerah yang dianggap berbahaya.
Konflik antara Israel dan Palestina semakin meruncing, dengan tingkat kekerasan dan korban terus meningkat. Harapan untuk perdamaian dan gencatan senjata tampak semakin jauh, sementara kekhawatiran akan eskalasi konflik yang lebih besar terus meningkat.