Sementara itu, melalui analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), masa pancaroba terjadi pada pertengahan dasarian III Oktober hingga awal dasarian II November 2023.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu mengatakan, masa pancaroba 2023 ini potensinya bersifat berbeda dari tahun sebelumnya.
“Masa pancaroba tahun ini kemungkinan besar hanya ditandai dengan kejadian hujan dan tidak hujan,” kata Rahayu kepada Jabar Ekspres, Senin (25/10).
Dia menjelaskan, perbedaan tersebut yakni tidak sesignifikan kondisi masa pancaroba tahun lalu, yang ditandai dengan kejadian hujan es, angin kencang atau puting beliung serta hujan petir disertai angin kencang.
“Buat musim hujan wilayah Kabupaten Bandung diprediksi akan memasuki musim hujan pada dasarian II hingga dasarian III November 2023,” jelas Rahayu atau akrab disapa Ayu.
“Dan puncak musim hujan di wilayah Kabupaten Bandung atau Bandung Raya, diperkirakan akan terjadi pada Februari hingga Maret 2024,” lanjutnya.
Mengingat saat ini memasuki masa pancaroba atau peralihan musim, Ayu mengimbau supaya masyarakat jangan terlalu senang berlebihan menyambut musim hujan, alias harus tetap waspada terhadap potensi bencana.
“Potensi bencana hidrometeorologi pada musim hujan 2023/2024 perlu jadi perhatian masyarakat juga,” imbuhnya.
Ayu memaparkan, musim hujan pada tahun ini akan bersifat normal dan di bawah normal dibandingkan kondisi klimatologisnya.
“Oleh karena itu wilayah Kabupaten Bandung dan sekitarnya juga berpotensi mengalami musim hujan yang jumlah hujannya lebih sedikit pada tahun 2023,” paparnya.
Ayu menuturkan, disamping potensi guyuran hujan yang lebih sedikit itu, diprediksi akan meningkat pada musim hujan di 2024 mendatang, terutama pada bulan Februari dan Maret.
“Potensi bencana akibat kondisi topografi juga harus diperhatikan, apalagi wilayah Bandung Raya berada di dalam Cekungan Bandung,” tuturnya.
Ayu mengungkapkan, Cekungan Bandung sendiri dikelilingi oleh banyak gunung-gunung dan bukit dengan elevasi mencapai lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut.
Sehingga, kondisi demikian menyebabkan wilayah Bandung Raya memiliki potensi bencana hidrometeorologi terkait topografi seperti tanah longsor.
“Selain itu masih ada potensi bencana lainya seperti hujan es dan angin kencang atau puting beliung yang juga perlu diwaspadai masyarakat,” pungkas Ayu. (Bas)