JABAR EKSPRES – Berdasarkan data yang dihimpun Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, ada puluhan ribu ton sampah yang masih tertahan di wilayah Ibukota Jawa Barat.
Tepatnya, angka timbulan sampah yang tertahan itu sebanyak 32.000 ton. Dengan rincian informasi terakhir pada Jumat, 3 November 2023, sebanyak 22 TPS di Kota Bandung yang masih berstatus overload.
Akibat hal tersebut, masa darurat sampah di Kota Bandung mesti diperpanjang kembali hingga Desember 2023. Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna memastikan dalam waktu dekat akan fokus melakukan penaganan sampah pasar.
BACA JUGA: Harga Cabai di Jabar Melambung, Akibat Musim Pancaroba?
Kendati demikian, ada sejumlah persoalan yang terlebih dahulu hendak diselesaikan Pemkot Bandung. Diantaranya, pengolahan sampah dari hulu, yakni menangani sampah di kewilayahan.
“Kalau nanti (penanganan sampah) RW sudah seperti ini (Kecamatan Antapani), artinya tuntas,” ungkap Ema di sela-sela peninjauan pengolahan sampah di Antapani, Jumat (3/11).
“Kami hanya tinggal konsentrasi penanganan sampah pasar,” tambahnya.
Menurutnya, penanganan masalah sampah di sejumlah pusat perbelanjaan pun masih menjadi pekerjaan rumah Pemkot Bandung. Dia menegaskan bakal sesegera mungkin untuk bergerak.
“Di pusat perbelanjaan nanti semua bergerak tuntas. Di rumah sakit semua tuntas. Lalu kami harapkan di tempat-tempat pendidikan tuntas, di tempat ibadah semua tuntas,” tegas Ema.
“Dan bahkan tempat ibadah ini bisa bergabung bercampur di sini (kewilayahan). Kalau memang misalnya dari masjid ada sampah yang dihasilkan mungkin untuk penanganannya sudah bisa ditangani di level RW,” tambahnya.
Penanganan di sejumlah sektor tersebut pun, kata Ema, mesti terus ‘digelindingkan’ supaya masa darurat sampah bisa berjalan sangat optimal. Apabila sudah stabil. Menurutnya, masalah sampah di Kota Bandung pada akhirnya terselesaikan.
“Kalau sudah bisa hadir, saya optimis lah Bandung ini akan selesai. Cuma memang kita perlu ada kesabaran ya, perlu ada ketelatenan dan kita jangan kendor,” katanya.
Sebelumnya, dirinya mengakui, tumpukan sampah yang terjadi di sejumlah pasar tradisional masih jadi masalah. Oleh karenanya, ia mengajak pedagang untuk turut memilah sampah.
“Sampah pasar itu dominan. Warga pasar belum optimal memilah sampah. Apalagi mereduksi sampah, mereka itu inginnya membuang saja,” akunya.