Jabar Ekspres – Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dinkes Jabar) menyebut angka stunting atau kondisi gagal tumbuh balita akibat kekurangan gizi kronis di tahun 2021-2022 kemarin, telah berada di angka 20,2 persen atau setara dengan 183.000 balita berusia 0-59 bulan.
Meski begitu Kepala Dinkes Jabar Vini Adiana Dewi mengku, angka tesebut telah mengalami penurunan sebesar 4,3 persen dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.
BACA JUGA: Stunting Masih Jadi Perhatian, Desa Cikuya Bandung Upayakan Ini untuk Tekan Angka Timbulan
“Jadi untuk tahun kemarin 2021-2022, itu penurunannya sampai 4,3 persen. Dan biasanya setiap tahun itu (angka Stunting) turunnya hanya 2 peren. Jadi kita sekarang sudah di angka 20,2 persen, dan angka nasional saja masih di angka 21,6 persen. Jadi Alhamdullah kita (Jabar) sudah dibawah angka nasional,” ujarnya saat dikonfimasi, Kamis (26/10).
Vini menambahkan, di tahun 2023 ini Pemprov Jabar memiliki target dalam menurunkan angka stunting hingga berada di angka 19 persen dan di 2024 nanti sebesar 14 persen. Maka dari itu, agar target tersebut tercapai, Ia mengatakan masyarakat khusunya remaja putri atau ibu hamil, untuk terus memperhatikan terkait dengan asupan gizi.
“Jadi buat masyarakat jangan ada stunting baru, karena penyebab stunting itu sebetulnya yang pertama mulai dari kehamilan, dan yang kedua setelah melahirkan atau setelah usia bayi di rentang 1-2 tahun. Jadi untuk ibu hamil atau remaja putri, itu jangan lupa minum obat penambah darahnya, karena stunting itu berawal dari kekurangan energi kronik termasuk anemia. Dan untuk yang sudah lahir, cegah terjadinya stunting dengan memberikan pola makan yang baik salah satunya memberikan telur, susu, sebagai makanan tambahan disamping ASI,” ungkapnya
Sementara, saat disinggung soal daerah di Jabar yang masih menjadi perhatian dalam penurunan stunting, Vini menyebut angka tertinggi masih terjadi di antara Kota atau Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, hingga Sukabumi.
BACA JUGA: Kota Depok Didapuk Dengan Kota Dengan Angka Stunting Terendah
“Yang perlu menjadi perhatian mungkin antara Kabupaten atau kota Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, Sukabumi, tapi angka nya harus lihat lagi, namun itu yang paling tinggi. Karena 40 persen remaja putri kita (di Jabar) itu masih anemia, otomatis asupan gizinya kurang. Sehingga pertumbuhan anaknya tidak optimal,” katanya