“Terus hujan datang pastinya akan terbawa air itu sampahnya, masuk ke drainase bisa menimbulkan banjir. Kan seperti itu logikanya,” sambung Ema.
Dirinya menuturkan, hingga saat ini pihaknya terus gencar mengantisipasi hal tersebut dapat terjadi berulang kali setiap musim hujan. Organisasi perangkat daerah (OPD) diimbau secara optimal melakukan pemantauan wilayah masing-masing.
“Makanya saya mintakan semua camat dan lurah itu harus berkeliling maksimal kemarin. Saya sudah (kirim pesan WhatsApp) WA mereka di grup pimpinan. Itu yang sudah saya tegaskan,” tutur Ema.
“Ya mudah-mudahanlah semua berempati dan peka dengan persoalan (sampah). Ini semua (unsur OPD) harus bergerak,” sambungnya.
Diketahui perpanjangan masa darurat sampah yang terjadi, sudah berulang kali. Tercatat mencapai tiga kali masa itu dilakukan perpanjangan.
Masa darurat sampah Kota Bandung dimulai sejak terjadinya peristiwa kebakaran TPA Sarimukti. Kemudian, masa darurat sampah diperpanjang hingga 25 Oktober 2023. Terbaru, masa tersebut direncanakan berakhir sampai 26 Desember 2023.
Beberapa waktu lalu, Ema sempat membeberkan sejumlah upaya dan capaian Pemkot Bandung dalam penanganan darurat sampah. Per 22 Oktober 2023, total sampah organik yang berhasil diolah sebesar 5,98 ton per hari. Sedangkan sampah anorganik sebesar 5,07 ton/hari.
Sementara itu, sampah residu yang berhasil diolah sebanyak 0,69 ton per hari. Sehingga jika ditotalkan, sekitar 11,74 ton sampah per hari berhasil diolah. “Meski belum signifikan, namun kami melihat ada progress,” tegasnya.
Adapun mulai Rabu, 25 Oktober 2023, telah ada 272 Kawasan Bebas Sampah (KBS) di Kota Bandung. Jumlah ini dipastikan terus bertambah. Sebab upaya yang dilakukan Pemkot Bandung antara lain dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penanganan sampah sejak di level rumah tangga.
“Kami baru berkeliling ke 11 Kecamatan. Dan ini akan terus bertahap. Terkait penanganan berbasis cluster, perlu kami sampaikan dari 39 institusi pelayanan kesehatan, 15 di antaranya telah melaporkan bahwa mereka mengolah sampah secara mandiri,” ujarnya.
Ema berharap, dengan adanya sosialisasi penanganan sampah mandiri, akan terbangun kesadaran dari berbagai pihak untuk sama-sama mereduksi jumlah sampah ke TPA.
“Timbunan sampah yang terbangun harian, akan berkurang jumlahnya kalau masyarakat mindsetnya sudah terbangun,” harapnya.