Gadis 16 Tahun Iran Kritis Usai Kontroversi Pakaian dan Bentrok Polisi Moral

JABAR EKSPRES – Seorang perempuan Iran berusia 16 tahun, saat ini berada dalam kondisi koma setelah terlibat dalam bentrokan dengan polisi moral di kereta metro Ibu Kota Teheran. Bentrokan tersebut diduga terjadi karena Garawand memakai baju ketat yang dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam.

Ayah Garawand menyampaikan bahwa putrinya telah kehilangan harapan hidup karena kondisinya yang dalam status mati otak. “Tim medis Armita telah memberi tahu kami bahwa otaknya tidak lagi berfungsi, dan tidak ada harapan untuk sembuh,” kata ayah Garawand kepada kelompok hak asasi manusia Hengaw seperti dikutip dari AFP.

Hingga saat ini, dokter belum melakukan operasi terhadap Garawand, yang saat ini dirawat di Rumah Sakit Fajr, Teheran, dengan pengawalan ketat aparat keamanan.

Baca Juga: Makin Brutal, Israel Hacurkan 26 Masjid dengan Rudal di Gaza

Ibu Garawand sebelumnya ditangkap oleh pihak berwenang Iran pada awal Oktober, meskipun akhirnya dibebaskan. Meskipun demikian, Iran membantah tuduhan bahwa Garawand terluka parah akibat bentrok dengan polisi moral perempuan di kereta, menyatakan bahwa remaja itu pingsan karena tekanan darah rendah.

Amnesti Internasional menyerukan penyelidikan lebih lanjut terkait peristiwa ini, dengan kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) menduga adanya upaya pemerintah Iran untuk menutup-nutupi kasus tersebut. Bukti rekaman video yang disediakan oleh pemerintah Iran juga diduga telah diedit, menimbulkan keraguan terhadap keasliannya.

Beberapa anggota keluarga dan teman Garawand diwawancarai oleh media pemerintah, namun belum dapat diverifikasi. Kelompok HAM mencurigai adanya ancaman atau tekanan dari aparat terhadap mereka agar menyampaikan versi sesuai dengan pemerintah.

Seorang jurnalis Iran, Maryam Lotfi, ditangkap setelah pergi ke Rumah Sakit Fajr untuk memeriksa kondisi Garawand.

Baca Juga: PBB Belum Memberikan Tindakan Tegas Terhadap Konflik Palestina dan Israel

Kejadian ini bukan yang pertama kali petugas keamanan Iran terlibat dalam kekerasan terhadap perempuan. Pada September 2022, Iran dilanda kerusuhan atas kematian Mahsa Amini, seorang perempuan etnis Kurdi berusia 22 tahun. Amini meninggal saat dalam penahanan polisi moral karena tidak memakai hijab sesuai aturan. Seperti kasus Garawand, aparat berwenang Iran saat itu menyatakan bahwa Amini meninggal karena sakit dalam penahanan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan