JABAR EKSPRES – Upaya Pemkot Bandung menghadirkan rumah sehat dan rumah layak kepada masyarakat nampaknya belum maksimal. Pembangunan sejumlah rumah susun (rusun), rumah deret, hingga apartemen rakyat mengalami berbagai kendala, sehingga realisasinya macet dan tak kunjung jelas.
Populasi penduduk yang terus tumbuh dan animo pendatang dari luar kota membuat Kota Bandung makin padat. Sehingga lahan permukiman makin tergerus. Hal itu memaksa masyarakat untuk berbagi lahan yang sudah sempit agar bisa tinggal.
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, populasi penduduk Kota Bandung pada 2022 sudah mencapai 2.462 ribu jiwa. Dengan kepadatan penduduk sebesar 14.713 per kilometer persegi. Kecamatan Bojongloa Kaler menjadi kecamatan paling padat dengan 39.407 penduduk per kilometer persegi.
BACA JUGA: Jelang Musim Penghujan, BMKG Sebut Suhu di Kabupaten Bandung Mulai Turun
Kepadatan itu tentu berdampak pada kualitas rumah tinggal masyarakat di Kota Bandung. Masih berdasar data BPS, pada 2022 memang sudah 86,29 persen rumah penduduk beratapkan beton, genteng, sirap, seng dan asbes. Termasuk 98,4 persen sudah berdindin tembok dan kayu.
Namun, rata-rata luas lantai perkapita yang lebih dari 10 meter persegi mengalami penurunan. Yakni pada 2022 angkanya 64,79 persen, padahal di 2021 ada di 66,69 persen.
Menurut WHO, rekomendasi salah satu kriteria rumah sehat adalah luas lantai per orang minimal 10 meter persegi. Sementara menurut Kementerian Kesehatan kriteria luas lantai per kapitanya minimal 8 meter persegi.
BACA JUGA: Trofi FIFA U-17 World Cup Singgahi Kota Bandung
BPS Jawa Barat (Jabar) juga mencatat bahwa pada 2022, persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap hunian yang layak dan terjangkau di Kota Bandung adalah 36,75 persen. Angka itu menempatkan Kota Bandung pada urutan 5 terbawah jika dibandingkan dengan Kota Kabupaten di Jabar.
Dari sisi persentase, angkanya juga menurun selama tiga tahun terakhir. Pada 2020 tercatat 37,86 persen, pada 2021 ada di 37,49 persen.
Bahkan, data persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak Kota Bandung juga memprihatinkan. Pada 2022 angkanya 49,85 persen. Itu menempatkan Kota Bandung pada urutan kedua dari bawah jika dibanding Kota Kabupaten lain di Jabar. (son)