Jabar Ekspres – Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menyelenggarakan peringkatan Dies Natalis ke-69 di Gedung Achmad Sanusi pada Jum’at, 20 Oktober 2023.
Rangkaian Dies Natalis ke-69 UPI yang telah digelar di antaranya Seminar Nasional Pendidikan Vokasional dan Pameran Pusat Keunggulan Vokasi (Senavok), Karnaval Kilau Nusantara, Open Studio FPSD, FPEB Leaders Talk dan Bandung Isola Performing Art Festival (BIFAF) Intercultural Collaboration.
Pada peringatan Dies Natalis UPI ke-69, diisi dengan penyampaian pidato Rektor UPI tentang berbagai capaian prestasi dan kelembagaan UPI, kuliah umum, pemberian apresiasi kepada keluarga besar UPI baik dosen, tenaga kependidik dan mahasiswa, serta penyampaian program corporate social responsibility (CSR) dari berbagai mitra kerja kepada UPI.
BACA JUGA: UPI Bandung Buka Pendaftaran Program Studi Kedokteran, Cek informasi Lengkap Di Sini!
“Merayakan tonggak sejarah yang signifikan dalam sejarah Universitas Pendidikan Indonesia yang ke-69, bukan hanya tanda waktu tetapi juga bukti dari semangat yang abadi terhadap pengabdian intelektual dan inovasi yang telah menandai Universitas Pendidikan Indonesia selama 69 tahun,” ungkap Rektor UPI Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., MA, dalam perayaan Dies Natalis UPI ke-69, Jum’at (20/10).
Menurutnya, prestasi terbaru UPI juga mengukuhkan posisinya dalam skenario global. “Dalam QS World University Ranking (QS WUR) 2023, UPI berhasil menempati peringkat antara #1201 hingga #1400 di tingkat dunia, menandakan prestasi luar biasa yang telah dicapai universitas dalam menghadapi persaingan global,” imbuhnya.
Selain itu, lanjut Prof. Solehuddin, UPI juga berhasil meraih peringkat #201-250 dalam QS WUR by Subject Education and Training di tingkat global, serta masuk dalam Top 50 universitas di Asia dan menjadi peringkat pertama di Indonesia dalam kategori tersebut. “Prestasi ini merupakan bukti nyata dari komitmen UPI dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kontribusinya yang signifikan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,” lanjutnya.
Saat ini, pengetahuan dan pembelajaran, yang selama ini dianggap sebagai tonggak pembaharuan dan transformasi, tidak lagi cukup dalam menghadapi kompleksitas zaman ini. “Kesenjangan global yang tajam dan kebutuhan mendesak untuk merevitalisasi metode, tujuan, tempat, dan waktu pembelajaran menunjukkan bahwa pendidikan belum sepenuhnya memenuhi janjinya,” ujar Prof. Solehuddin.