“Nah, itu ada temanya namanya demokrasi. Kalau namanya tema demokrasi itu pasti berkaitan dengan pemilu, ya minimal untuk pemilihan ketua kelas di kelasnya. OSIS itu lebih tinggi lagi. Jadi paling tiga maksimal di OSIS. Kalau pemilu yang sekarang mau pilih keadaan itu kan kebutuhan siswa kelas 12. Jadi, mungkin kelas 11 juga sudah ada. Mungkin yang sudah usia 17 tahunnya rata-rata. Mulai kelas 11 sampai ke kelas 12 itu kan pemilih pemula. Tapi kita mungkin di demokrasi ini adalah bagaimana kita memilih pemilih,” papar Muryawan.
Menurutnya, adanya program P5 membuat pemahaman para siswa menjadi lebih terbuka dan kritis. Hal tersebut diungkapkan dengan penerapan ekstrakulikuler di sekolah, dengan kegiatan yang beragam.
“Terutama untuk organisasi siswa intrasekolah atau eskul-eskulah. Eskul pasti ada ketuanya, siapa yang mau dipilih, siapa yang mau. Jadi ketika dia ingin menyampaikan pesan demokrasi, dia bikin spanduk. Bikin banner yang kaitannya untuk demokrasi itu apa sih? Nah pemilih pemula itu apa sih?,” jelas Muryawan.
Dia menerangkan, siswa sekarang memiliki antusias terhadap politik yang lebih luas. Hal tersebut diterangkan saat siswa sering berdiskusi bersama guru.
“Bahas perkembangan politik, mereka sudah tahu. Terus juga sekarang kan musim pemilu ya, nah bakal calon Presiden A, B, C, D mereka sudah tahu ceritanya. Itu kan berarti mereka juga punya antusias gitu kan,” tambahnya. (Firman)