JABAR EKSPRES- Amerika Serikat akan memberikan bantuan kemanusiaan senilai $12 juta sebagai respons terhadap gempa bumi di Afghanistan bulan ini, yang telah mengakibatkan ribuan korban jiwa dan luka, demikian yang diungkapkan oleh Badan Pembangunan Internasional AS dalam pernyataannya pada hari Kamis.
Beberapa gempa bumi terjadi di provinsi Herat bagian barat pada hari Sabtu dan Rabu, yang menghancurkan seluruh desa di negara yang sedang mengalami konflik bersenjata dan telah sangat bergantung pada bantuan asing sejak kekuasaan Taliban tahun 2021.
Banyak lembaga bantuan telah mengajukan permohonan untuk mendapatkan dana guna mengatasi dampak gempa bumi yang merusak ini. Pemerintah setempat juga telah meminta bantuan mendesak bagi ribuan orang yang telah kehilangan tempat tinggal mereka akibat gempa tersebut.
USAID dalam pernyataannya, yang pertama kali dilaporkan oleh Reuters, mengungkapkan bahwa bantuan yang akan diumumkan pada hari Kamis ini akan mencakup dukungan untuk Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dalam upaya terus menjangkau mereka yang terdampak gempa.
Baca juga: 6 Ribu Bom Israel Hantam Gaza, Tembakan Artileri Terdengar Tiap 30 Detik
Baca juga: Geliat Turki Berupaya Menghentikan Perang di Gaza, Erdogan: Palestina Harus Merdeka!
Bantuan tersebut akan mencakup peralatan penampungan darurat, peralatan memasak dan pengumpulan air, selimut, pakaian, dan berbagai barang lainnya.
“USAID akan terus mendukung rakyat Afghanistan dalam merespons kebutuhan kemanusiaan,” begitu bunyi pernyataan dari USAID.
Pemerintah Afghanistan yang dikuasai oleh Taliban telah memberikan angka yang berbeda-beda mengenai jumlah korban tewas. Kementerian manajemen bencana mengklaim bahwa lebih dari 2.400 orang telah tewas, sementara kementerian kesehatan telah mengkonfirmasi lebih dari 1.000 korban jiwa.
Kantor kemanusiaan PBB pada hari Selasa mencatat jumlah korban tewas sebanyak 1.294 orang, walaupun data tersebut hanya berasal dari satu distrik.
Jumlah korban tewas sering berubah, terutama ketika informasi datang dari daerah terpencil di negara yang telah lama dilanda konflik, menyebabkan infrastruktur hancur dan menyulitkan upaya pertolongan dan penyelamatan untuk diorganisir dan dijalankan.