JABAR EKSPRES – Kelompok militan Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel, meluncurkan rentetan roket dan mengirimkan sejumlah pejuang melintasi perbatasan Gaza pada Sabtu, 7 Oktober 2023.
Ini merupakan serangan terbesar Hamas dalam beberapa tahun terakhir, yang membuat Israel tidak siap menghadapi serangan tersebut.
Hamas menegaskan bahwa tindakannya adalah sebagai tanggapan atas apa yang mereka gambarkan sebagai agresi Israel dan penindasan yang terus berlanjut terhadap warga Palestina.
Israel dengan cepat menyatakan perang melawan Hamas dan membalas dengan serangkaian serangan udara ke Gaza, yang mengakibatkan ratusan korban jiwa dan menyebabkan ribuan orang terluka.
BACA JUGA: Pejabat Israel Ini Klaim Pemukim Ilegal Israel Lebih Penting Daripada Hak Warga Palestina
Lebih jauh lagi, Israel memulai mobilisasi pasukan cadangan dan mengerahkan angkatan bersenjatanya untuk menangkal pejuang Hamas, yang melakukan serangan ke berbagai kota dan instalasi militer Israel di sepanjang perbatasan.
Israel bersumpah untuk membayar biaya yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada Hamas atas serangannya yang berani itu.
Serangan Hamas ini terjadi pada saat meningkatnya gejolak dan perpecahan di dalam tubuh Israel, ketika pemerintah bergulat dengan protes dan kritik yang meluas atas reformasi yang diusulkan yang bertujuan untuk mengekang kekuasaan kehakiman.
Beberapa prajurit telah mengisyaratkan niat mereka untuk menolak penugasan sebagai bentuk protes atas perubahan sistem peradilan ini.
BACA JUGA: Serangan Roket Gaza Sasar Kota-Kota Israel di Tengah Memanasnya Konflik
Waktu penyerangan ini bertepatan dengan peringatan 50 tahun Perang Yom Kippur, ketika Israel menghadapi invasi tak terduga dari Mesir dan Suriah pada tahun 1973.
Konflik yang telah berlangsung lama antara Hamas dan Israel berakar pada pendirian Israel pada 1948, yang mengarah pada serangkaian perang dan perselisihan yang terus berlanjut terkait wilayah dan hak.
Hamas, sebuah organisasi Islamis Palestina yang memerintah Jalur Gaza-sebuah daerah kantong pesisir yang terisolasi dan dihuni sekitar 2 juta orang Palestina-tidak mengakui legitimasi Israel dan berusaha untuk mendirikan sebuah negara Islam di Palestina.
Sebaliknya, Israel menetapkan Hamas sebagai entitas teroris dan telah memberlakukan sanksi dan pembatasan di Gaza sejak Hamas menguasai wilayah tersebut pada 2007.