JABAREKSPRES.COM, BANDUNG – Selain untuk sumber air bersih, kawasan Mata Air Cikendi juga sebagai ruang publik. Sayangnya, ruang publik yang baru diresmikan pada Juli 2023 lalu itu kini tampak kurang terawat.
Pantauan Jabar Ekspres, Kamis (5/10), sejumlah fasilitas publik seperti tempat duduk dari kayu, dan beberapa spot foto yang dibangun Pemkot di kawasan itu masih ada. Sayangnya, kondisinya kotor. Banyak tumpukan buah-buah yang membusuk.
Selain itu, beberapa rumput yang ditanam di lokasi itu juga telah kering dan mati. “Jarang disiram juga, karena tidak ada perutas yang menetap. Paling dari kelurahan beberapa waktu tertentu saja,” terang Cely, warga sekitar lokasi.
Ruang publik Mata Air Cikendi itu diresmikan tepatnya pada Selasa (18/7) lalu. Yang meresmikan adalah Ema Sumarna yang waktu itu menjabat sebagai Plh Wali Kota Bandung.
Pemkot berupaya merevitalisasi kawasan itu agar tampak lebih bersih dan indah. Sehingga tidak hanya sebagai sumber mata air tapi juga tempat bermain dan aktivitas warga.
Mata Air Cikendi sendiri sudah cukup tua di Kota Bandung. Situs itu diresmikan pada Januari 1921. Situs itu ditemukan seorang insinyur pertambangan Ir De Jongh pada 1918.
Penemuan situs mata air itu juga menjadi angin segar bagi warga Bandung. Karena sebagai alternatif suplay air bersih yang saat itu polulasi penduduk mulai bertambah.
Di samping itu, bangunan situs Mata Air Cikendi juga telah didaftarkan sebagai Situs Cagar Budaya. Didaftarkan pada 2019 lalu dengan No Id Objek PO 2019032100022.
Selain dimanfaatkan warga sekitar, saat ini mata air itu juga dikelola oleh PDAM Kota Bandung. Sehingga air juga di distribusikan ke beberapa titik kawasan perkotaan.(son)