JABAR EKSPRES – Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat (Diskuk Jabar) turut menanggapi kasus keracunan masal yang disebabkan oleh jajan SD di Kabupaten Bandung Barat (KBB) beberapa waktu lalu.
Kepala Diskuk Jabar Rachmat Taufik Garsadi mengatakan, kejadian keracunan masal tersebut disebabkan oknum pedagang atau pelaku usaha pada olahan makanan, sering kali tidak memperhatikan soal tanggal kadaluwarsa
“Pelaku usaha kita itu kerap kali menganggap enteng. Kalau misalkan bahan bakunya sudah ada kedaluwarsa, segala macam dianggapnya biasa saja karena suka enggak mau rugi,” ujarnya saat ditemui di Gedung Sate Bandung, belum lama ini.
BACA JUGA: Hasil Uji Lab Cimin di KBB, Dinkes Jabar Beberkan Penyebabnya, Ternyata Karena Ini
Rachmat menambahkan agar kejadian serupa tidak terjadi lagi, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan (BPOM) agar dapat mengawasi makan olahan yang dijual khususnya kepada anak-anak.
“Provinsi mungkin akan koordinasi dengan teman-teman dari BPOM untuk pembinaan atau sosialisasi agar bagaimana cara memilih bahan baku atau bagaimana cara mengolah (makanan) dan lain sebagainya,” ucapnya.
Selain itu Rachmat menuturkan, pihaknya juga akan terus mendorong kepada Pemerintah daerah (Pemda) khususnya Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk terus melakukan pengawasannya.
“Dari Dinas Kesehatan (Dinkes) kabupaten dan kota, itu Idealnya bisa mengetahui bahan, pengolahan, dan teknik pengolahannya seperti apa. Termasuk juga setiap makanan itu kan punya masa kadaluwarsa, nah ini yang jarang sekali diperhatikan (para pedagang),” imbuhnya.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dinkes Jabar) akan segera melakukan evaluasi kepada para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) khususnya penyedia olahan makanan.
Hal itu dilakukan, menurut Pelaksana Tugas (PLT) Dinkes Jabar Vini Adiani Dewi sebagai tindak lanjut dari adanya kasus kejadian luar biasa (KLB) keracunan masal di Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang menewaskan satu orang dari 32 korban usai mengonsumi jajanan SD berbentuk cireng mini (cimin).
“Jadi dengan adanya hal ini (keracunan masal di KBB) kita akan kembali mengadakan semacam sosialisasi terutama kepada para pelaku UMKM dengan cara memberikan pelatihan tentang pengolahan makanan itu seperti apa,” ujarnya saat dikonfirmasi, Sabtu (30/9).