Pemenang Pemilu Maladewa: Mohamed Muiz, Politikus Pro-China, Mengubah Dinamika Hubungan India-China

JABAR EKSPRES – Dalam putaran kedua pemilihan umum yang digelar pada 30 September lalu, politikus pro-China sekaligus tokoh oposisi, Mohamed Muiz, berhasil memenangkan pertarungan. Dengan meraih 53 persen suara, Muiz mengungguli presiden petahana Ibrahim Mohamed Solih yang hanya meraup 46 persen suara, demikian dilaporkan oleh The Independent.

Terpilihnya Muiz, yang dikenal sebagai pendukung Beijing, menimbulkan indikasi bahwa Maladewa mungkin akan meninggalkan sekutu lama mereka, India. Hubungan antara India dan China selama bertahun-tahun tegang akibat sengketa perbatasan dan persaingan geopolitik.

Kemenangan ini dipercayai akan membawa perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri Maladewa. Sejak awal kampanye, Muiz telah mengadvokasi kampanye “India Out,” dengan janji untuk mengusir pasukan India dari Maladewa dan mengembalikan keseimbangan hubungan dagang yang dianggap terlalu condong ke arah India.

Baca Juga: Tidak Hanya di Indonesia, Korea Selatan Juga Mengalami Banyak Kasus Bullying

Partai Muiz, Kongres Nasional Rakyat, juga diakui sangat pro-China. Sebelumnya, mantan Presiden Abdulla Yameen, pemimpin partai tersebut, menjadikan Maladewa sebagai bagian dari inisiatif Belt and Road China, dengan tujuan membangun infrastruktur untuk memperluas pengaruh China di seluruh dunia.

Dalam sebuah video setelah kemenangan, Muiz menyatakan, “Dengan hasil hari ini, kita mendapatkan kesempatan untuk membangun masa depan negara. Kekuatan untuk memastikan kemerdekaan atas Maladewa.”

Meskipun Muiz kerap menuduh bahwa kehadiran India di Maladewa tidak terkendali, Solih membela bahwa kehadiran militer India sesuai kesepakatan bilateral. Pernyataan ini diakui oleh mantan Menteri Luar Negeri Maladewa, Ahmed Shaheed, yang menilai bahwa hasil pemilu tidak sepenuhnya berkaitan dengan khawatirnya publik terhadap pengaruh India.

Baca Juga: Hari Hewan Sedunia, Memperingati Keberagaman Hewan di Bumi

Sebaliknya, Shaheed berpendapat bahwa rakyat Maladewa lebih memilih Muiz sebagai bentuk protes terhadap kegagalan pemerintah dalam menangani kondisi ekonomi dan tata kelola pemerintahan di bawah kepemimpinan Solih.

Meskipun Muiz diharapkan mulai menjabat presiden pada 17 November mendatang, pandangan Shaheed menyiratkan bahwa perubahan ekstrem dalam kebijakan luar negeri terhadap India mungkin tidak terjadi. Sebaliknya, Muiz mungkin akan fokus pada mengurangi ketidaksetujuan publik terhadap proyek-proyek China di Maladewa.

Tinggalkan Balasan