“Kalau dulu itu saat ada telepon dan listrik, hampir semua warga di sini ditelepon dan memarahinya tak jelas. Bahkan nelponnya juga tengah malam. Tapi warga memaklumi kondisinya, jadi dihiraukan oleh warga,” ungkapnya.
Dadang mengatakan, setelah dibawa ke RSJ Ibu Guritno jika diajak ngobrol normal, nyambung, mungkin kalau kambuh hanya sesekali.
Kemudian karena kondisi rumah tanpa ada aliran air dan listrik, Ibu Guritno mulai meminta kepada dirinya.
“Jadi pagi-pagi suka ke sini bawa dua galon, lalu saya kasih air diantarkan ke rumahnya. Makan juga saya sediakan untuk sarapan dan lainnya, kadang juga minta kopi, kalau ada ya saya kasih,” katanya.
Karena hampir beberapa bulan sering meminta air dan makanan kepada dirinya, akhirnya Dadang berkomunikasi dengan pengurus RT.
BACA JUGA: Kabupaten Bandung Kebut 3 Program Prioritas Dalam 3 Bulan
“Sehingga untuk kebutuhan air setiap pagi diberi oleh tukang isi ulang galon. Jadi setiap pagi tukang galon itu bawa galon dan mengisinya untuk Bu Guritno,” tuturnya.
Namun, Dadang pun hingga kini masih sering memberi untuk kebutuhan lain seperti sabun maupun deterjen. Karena Ibu Guritno sendiri hanya berani berbicara kepadanya.
“Jadi kalau butuh apa-apa, dia ngomong, minta ke saya, seperti butuh lilin untuk malam, kopi, dan lainnya,” terangnya.
Namun, dirinya pun tidak berani mengobrol lama dengan Ibu Guritno karena jika diajak berbicara lama suka ngedumel sendiri.
“Jadi Bu Guritno itu, kini normal seperti biasa aja ngobrol juga nyambung. Tapi saya gak suka lama-lama kalau ngobrol dengannya, sebab kalau lama dia jadi suka ngedumel atau menggerutu,” kata dia.
Saat ini pun, kata Dadang kondisi Ibu Guritno secara fisik sehat dan normal bisa diajak ngobrol bahkan ikut mencoblos.
Bahkan kalau belum mendapat surat panggilan untuk memilih, dia akan memintanya dan juga mengerti.
“Mana surat panggilan saya, saya juga mau nyoblos da bisa. Makanya saya langsung aja bilang ke RT,” pungkasnya.
BACA JUGA: 3 Program Prioritas Kabupaten Bandung Telan Dana Hingga Rp673 Miliar