JABAREKSPRES.COM, BANDUNG – Kasus penyakit jantung di Jawa Barat (Jabar) masih perlu jadi perhatian lantaran miliki angka kasus jantung koroner tertinggi. Hal itu diungkapkan Ketua Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Komar Hanif Sabtu (30/9) lalu.
“Ini patut jadi perhatian, karena penyakit jantung termasuk penyebab kematian tertinggi di Indonesia maupun dunia,” jelasnya.
Komar menguraikan, angka prevalensi penyakit jantung di Jabar memprihatinkan. Angkanya lebih tinggi dari nasional.
BACA JUGA: Dari Layar Kecil ke Dunia Nyata, TikTok Kembali Gelar Awards 12 Oktober Mendatang
“Jabar angkanya 1,6 persen dari jumlah penduduk. Kalau nasional di angka 1,5 persen,” tuturnya.
Bahkan, lanjut Komar, untuk spesifik jantung koroner, Jabar jadi yang tertinggi di antara provinsi lain. Data lain menunjukkan bahwa satu persen dari angka kelahiran di dunia memiliki penyakit jantung bawaan. Karena itu butuh kolaborasi yang baik untuk menuntaskan masalah penyakit jantung.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jabar dr. Raden Vini Adiani Dewi juga sependapat bahwa kasus penyakit jantung di Jabar perlu menjadi perhatian serius. Menurutnya, 70 persen pembiayaan dari BPJS saat ini terserap untuk layanan penyakit jantung.
“Jadi sekitar Rp 10,6 triliun habis untuk penyakit jantung,” sebutnya.
Selain itu, penyakit jantung juga menjadi penyakit penyebab kematian tertinggi kedua di dunia setelah stroke. Karena itu, pihaknya juga terus meningkatkan layanan kesehatan terkait penyakit jantung. Salah satunya telah mewujudkan layanan bedah jantung di RSUD Al Ihsan.
Kini RSUD milik Pemprov Jabar itu telah siap melayani operasi bedah jantung. Operasi perdana juga telah berhasil dilakukan 17 September lalu. Sehingga RSUD di Kabupaten Bandung itu siap untuk menjadi rujukan untuk bedah jantung.
Vini melanjutkan, penyakit jantung ini sebenarnya bisa dicegah dan diobati. Dinkes sendiri juga telah banyak mensosialisasikan berbagai upaya pencegahan menyakit melalui berbagai program. Mulai dari kegiatan PHBS ataupun Germas. (son)