Sejak saat itu, permintaan terhadap bedak buatan Ny. Siti Marijah terus meningkat. Ny. Siti Marijah kemudian memutuskan untuk memanfaatkan peluang ini dengan mendirikan usaha industri rumahan yang memproduksi bedak Saripohatji.
Nama “Saripohatji” diambil dari Dewi Beras Saripohatji, karena beras merupakan bahan utama dalam pembuatan bedak ini. Awalnya, bedak Saripohatji di kemas dengan menggunakan dedaunan kering dan dijual di warung-warung kecil.
Pada masa awal produksi, proses distribusinya dilakukan menggunakan sepeda onthel. Seiring berjalannya waktu, bedak Saripohatji semakin terkenal dan usaha Ny. Siti Marjiah berkembang pesat.
Pada periode antara tahun 1960 hingga 1980, Saripohatji menjadi merek bedak terkemuka di Indonesia, terutama di Jawa Barat.
BACA JUGA : Bedak Legendaris Saripohatji, Terbuat dari Bahan-Bahan Alami
Setelah meninggalnya Ny. Siti Marijah pada tahun 1959, produksi bedak dilanjutkan oleh suaminya, S. Harjo, hingga tahun 1971. Setelah wafatnya S. Harjo, perusahaan kemudian dikelola oleh istri keduanya, Neneng Fatimah, hingga tahun 1985.
Setelah kepergian Neneng Fatimah, usaha ini dilanjutkan oleh istri ketiganya, Ny. Ocoh Setiawati, beserta anak-anaknya. Pabrik bedak Saripohatji sendiri terletak di sudut Jalan Ir. H. Djuanda Kota Ciamis.