JABAR EKSPRES – Sepertinya setiap kali kita menoleh ke belakang, selalu ada kekhawatiran baru tentang Artificial Intelligence (AI) akan mengambil alih kode peluncuran nuklir dan membunuh kita semua. Atau apakah itu hanya akan mematikan jaringan listrik? Mungkin hanya internet?
Tunggu, bukankah AI akan memperbudak kita dan menggunakan kita sebagai sumber energi? Atau ganti saja semua kreator yang menyediakan semua musik dan film kita?
Beberapa dari kekhawatiran ini memang valid. Beberapa di antaranya merupakan dongeng yang telah dieksplorasi dalam puluhan film terkenal selama beberapa generasi terakhir.
Bahkan ketika kita terobsesi dengan sisi buruknya, kita gagal mempertimbangkan manfaat AI di tahun-tahun mendatang, mulai dari pemeriksaan kanker hingga perancangan jalan. AI akan mengubah banyak kehidupan menjadi lebih baik.
Namun, ada ancaman mendasar yang ditimbulkan oleh AI yang tampaknya diabaikan oleh kita semua, yang sangat terkait dengan antropologi moral. AI memiliki kapasitas untuk merusak pemahaman kita tentang manusia.
Mari saya jelaskan dengan sebuah contoh.
Minggu lalu, OpenAI mengumumkan bahwa model bahasa algoritmik dan platform pencitraannya “sekarang dapat melihat, mendengar, dan berbicara.” Misalnya, tunjukkan gambar sepeda kepada AI dan tanyakan bagaimana cara menurunkan joknya.
Platform Open AI dapat menganalisis gambar, menentukan jenis sepeda apa yang ada dalam gambar, mencari database, dan mengeluarkan jawaban yang mungkin dalam bentuk teks atau audio suara.
Tentu saja AI tidak terlalu berpikir “Ini” adalah sekumpulan algoritme dan jaringan saraf yang memiliki akses ke database besar yang dibuat oleh manusia.
Seperti yang dikatakan oleh seorang profesor yang mempelajari pembelajaran mesin di Universitas Michigan, “Berhenti menggunakan bahasa manusia untuk mendeskripsikan model.”
Masih ada kata Yunani “anthropos” manusia. Profesor ini prihatin ketika kita menggunakan bahasa yang berbentuk atau berstruktur manusia, secara implisit kita melemahkan cara berpikir kita tentang AI.
Baca Juga: 10 Artificial Intelligence Kreatif yang Paling Banyak Dicari
Kita membuat kesalahan dengan berpikir bahwa model bahasa atau platform visual bisa mirip dengan kita. Namun kekhawatirannya lebih dalam dari itu dan mengarah ke arah sebaliknya.