“Harus diingat bahwa penduduk Indonesia sangat beragam dari segi etnis. Banyak sekali ragam budaya. Mungkin orang Papua tidak akan cocok membaca buku urban. Jadi, mencari bahan yang menarik bagi pembaca sangat penting. Hal ini akan membantu meningkatkan empati terhadap tokoh dalam cerita,” ujar McGlynn.
Di tengah keterhubungan dunia dengan media sosial dan platform digital, generasi muda Indonesia dapat mengembangkan minat baca mereka dengan cara yang kreatif dan kolaboratif. Salah satu inspirasi datang dari seorang duta baca Indonesia, Gol A Gong, yang aktif di media sosial.
Gong mengajak teman-temannya untuk mengadakan lomba membaca puisi. Namun, tidak sekadar membaca, mereka membuat video rekaman di platform seperti Instagram Reels. Ini merupakan cara menarik untuk menggabungkan teks dengan video, memberikan puisi dalam bentuk yang lebih visual.
Lomba ini dapat diadakan di perpustakaan atau bahkan saat membaca dalam format e-book, memberikan ruang bagi generasi Z untuk mengekspresikan diri melalui sastra. “Dengan cara ini, biasanya anak-anak generasi Z sangat antusias, karena menggabungkan teks dengan video,” kata Gong.
BACA JUGA : Hyper Class, Format Kelas Masa Depan Belajar Bahasa Inggris
Selain video, podcast atau siaran audio juga bisa menjadi alat yang efektif untuk membangkitkan minat baca. Ia menyarankan agar mereka membuat podcast membaca puisi.
Inisiatif ini dapat memberikan motivasi ekstra bagi generasi muda untuk terlibat dalam membaca dan mengekspresikan sastra melalui berbagai media.
Ketua Yayasan Lontar, John H McGlynn, memperkenalkan minat membaca sejak dini sebagai hal penting. McGlynn mendorong orang tua untuk membacakan buku kepada anak-anak mereka, bahkan sejak usia satu atau dua tahun.
Ini akan membantu membentuk kebiasaan membaca yang kuat dari dini, yang akan terus berkembang seiring waktu.
McGlynn juga mendorong orang tua untuk membeli buku sebagai pilihan saat mengunjungi mal, daripada hanya menghabiskan uang di kafe atau restoran. Dengan melibatkan anak-anak dalam memilih buku, mereka akan lebih terlibat dan semangat untuk membacanya.
Selain itu, berkolaborasi dalam membaca juga sangat penting dalam budaya literasi Indonesia. McGlynn menekankan pentingnya membaca bersama-sama, bukan hanya sebagai aktivitas individu.