JABAR EKSPRES – Dampak dari musim kemarau 2023 yang disertai badai El Nino mulai terasa. Pasalnya tak sedikit lahan pertanian sudah alami kekeringan hingga berpotensi gagal panen.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Toni Permana mengatakan, sejumlah lahan pertanian di wilayah Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat kini tengah menghadapi sulit air alias kekeringan.
“Luas tanaman pangan di Kabupaten Bandung, ada sekitar 21 ribu lahan,” kata Toni saat diwawancarai melalui seluler, Jumat (29/9).
BACA JUGA: Musim Kemarau 2023, Bulan Ke-7 Tanpa Hujan? Apakah Tanda Kiamat? Jangan Khawatir ini Faktanya
Dia mengungkapkan, dari 21 ribu luas lahan tanaman tersebut, yang terkena dampak badai El Nino ada sekira 10 persennya, atau 2000 lahan dihantui kekeringan.
“Tentu sangat berpengaruh. Bisa mempengaruhi produksinya akibat kekeringan,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, guna meminimalisir dampak kekeringan, khususnya potensi gagal panen di sektor pertanian akibat musim kemarau yang disertai badai El Nino, Toni meminta supaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung menyikapi serius.
Solusi untuk menyelamatkan lahan-lahan pertanian dan membantu para petani, dalam menghadapi El Nino menurutnya bisa dilakukan Pemkab Bandung dengan bantuan memenuhi kebutuhan air.
“Maka pemerintah daerah itu bisa mengeluarkan anggaran untuk membantu para petani,” imbuh Toni.
“Seperti bantuan mesin air atau pengeboran air misalnya, tujuannya untuk membantu para petani,” lanjutnya.
Toni menerangkan, pihak pemerintah sampai saat ini sudah menjalin kerjasama dengan PDAM, maka menurutnya tak menutup kemungkinan dilakukan upaya pemenuhan sarana air bagi sektor pertanian.
“Bisa juga bekerjasama dengan PDAM, selama ini sudah berjalan untuk suplai air. Baik air konsmsi masyarakat ataupun untuk kebutuhan petani,” terangnya.
Diketahui, selain ancaman musim kemarau, pihak Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memprediksi bahwa wilayah Bandung Raya akan menghadapi badai El Nino.
BACA JUGA: 43 Hektare Sawah di Kota Banjar Gagal Panen
Sebagai informasi, badai El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML), di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Pemanasan SML tersebut, meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.