Menyusutnya Air Waduk Jatigede Sumedang Dimanfaatkan Warga Berburu Tutut

JABAR EKSPRES – Akibat musim kemarau yang berkepanjangan, debit air bendungan Waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang mengalami penyusutan. Kondisi itu dimanfaatkan warga untuk memanen tutut atau keong sawah yang ada di dasar waduk.

Kegiatan itu seperti terpantau di Desa Pakualam, Kecamatan Darmaraja. Beberapa warga tengah mengambil keong-keong atau tutut di sekitar pesisir yang volume airnya telah mendangkal akibat kemarau.

Salah seorang warga setempat, Agus Suratman (52) menuturkan, aktivitas berburu keong kerap dilakukan sejumlah warga saat genangan air Waduk Jatigede mulai susut di musim kemarau.

BACA JUGA: DPKP Kota Cirebon Prediksi Titik Asap Masih Berpotensi Api

“Kita turun ke air lalu kita raba dasarnya yang banyak terdapat tutut lalu kita ambil dengan serok jaring,” terangnya kepada Jabar Ekspres di lokasi.

Dalam sehari Agus biasa mendapatkan keong sebanyak satu kuintal lebih. Keong tersebut biasanya ia jual kembali di sekitaran Sumedang atau pasar Kota Bandung dengan harga dikisaran Rp2.000 sampai Rp4.000 per kilogramnya.

“Tutut yang saya dapat ada yang saya kirim ke pasar Gede Bage atau ada yang saya jual di sekitaran Sumedang,” ucapnya.

Menurut Agus, musim kemarau kali ini menjadi musim kemarau cukup parah selama 8 tahun terakhir.

“Dua tahun kebelakang surutnya tidak seperti ini, kalau sekarang cukup parah,” ujarnya.

Saat musim kemarau seperti ini, selain berburu tutut Agus pun biasa memanfaatkannya dengan bercocok tanam di sekitar pesisir waduk.

“Kalau musim kemarau seperti ini, saya juga biasa bercocok tanam. Saya tanam tuh ubi, singkong dan tanaman lainnya,” ungkap ayah dari dua anak ini.

Sementara itu, Yana, warga Rancaekek, Kabupaten Bandung mengaku sengaja datang bersama istrinya ke daerah pesisir Waduk Jatigede untuk membeli keong-keong dari hasil tangkapan warga.

“Saya ke sini sengaja datang untuk beli tutut,” ujarnya.

Yana mengaku saat ini sedang banting stir dengan mencoba berjualan makanan dari olahan keong. Hal itu lantaran usaha “frozen food” yang digeluti sebelumnya mengalami bangkrut.

BACA JUGA: Dampak Musim Kemarau di Jabar Semakin Meluas, BPBD Jabar Catat 393 Desa Alami Kekeringan

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan