JABAR EKSPRES – Menurunnya penjualan pakaian dan tekstil di Indonesia berdampak bagi para pelaku usaha. Di antaranya, banyaknya industri dan UKM yang mulai memberhentikan para pegawainya.
Ketua Ikatan Pengusaha Konveksi Bandung, Nandi Herdiaman buka suara terkait dampak menurunnya penjualan pakaian dan tekstil.
“Memang betul kami itu di hilir bahwa di hilir atau UKM-nya di online atau penjual di tanah Abang kayak pasar domestik itu sudah kurang pemintaannya, itu berdampak ke kami itu sudah banyak penutupan,” ujar Nandi saat ditemui kemarin, Minggu 24 September 2023.
BACA JUGA: Warna Baru Awesome Lime! Intip Performa Galaxy A34 5G, Gaming Mulus?
Nandi membeberkan fakta teranyar soal kondisi konveksi yang terdampak dan terpaksa tutup.
“Mungkin pengaruh, dampaknya pengangguran sudah jutaan, ini dua bulan ini sedang merosot,” katanya.
Nandi menambahkan dengan banyaknya barang impor murah dan mudah tentunya hal ini membuat pelaku UKM tidak bisa bertahan lama.
“Ketika impor ini membanjiri ke kita ya, ke dalam negeri, ya mohon maaf ini akan terjadi pengangguran yang luar biasa,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Umum API (Asosiasi Pertekstilan Indonesia) Jemi Kartiwa menyebut saat ini secara global kondisi pertekstilan sedang tidak baik-baik saja.
Menurutnya, saat ini banyak juga produk China yang tidak terserap sehingga mencari pasar baru yang trade barriernya lemah.
“China itu kan produsen dunia, nah dengan tidak terserapnya produk China ke berbagai daerah seperti Amerika, pasti mereka mencari pasar baru, ya pasar baru yang dituju adalah di mana negara yang trade barrier-nya lemah,” kata dia.
Jemi berharap, jangan sampai Indonesia hanya dijadikan market, karena Indonesia sendiri populasinya nomor empat di dunia, dan inflasi masih jauh lebih baik dibandingkan negara lain.
“Makanya Indonesia ini dibidik oleh mereka menjadi pangsa pasarnya, kalau kita tidak pintar melakukan trade barrier maka kita ini akan rontok ekosistemnya, hilirnya rontok maka terimbas ke hulunya,” pungkasnya.