JABAR EKSPRES – Virus Nipah, yang merupakan anggota genus Henipavirus dan keluarga Paramyxoviridae, telah menjadi sorotan utama dalam dunia kesehatan. Virus ini memiliki kemampuan menular dari hewan ke manusia, dan sumber alamiahnya adalah kelelawar buah dari keluarga Pteropodidae.
Kisah virus Nipah di mulai pada tahun 1998-1999 ketika sebuah wabah muncul di sebuah desa di Sungai Nipah, Malaysia. Dari wabah ini, tercatat 276 kasus konfirmasi dan 106 kematian. Efeknya bahkan meluas hingga ke Singapura.
Baca artikel lainnya: Ancaman Wabah Virus Nipah Di India Ancam Indonesia? Seberapa Bahaya?
Meskipun sudah ada dua wabah Nipah sebelum tahun 2018 di India, wabah ini terjadi di Benggala Barat. Tahun 2018 menjadi tahun penting karena terjadi outbreak Nipah pertama di Kerala. Setelah itu, semua wabah Nipah hanya dilaporkan di Kerala. Bahkan pada tahun 2021, ada laporan kematian akibat Nipah di Kozhikode.
Salah satu misteri terbesar adalah bagaimana orang pertama terinfeksi Nipah. Tidak di ketahui apakah virus ini berasal dari kelelawar, hewan lain, atau bahkan buah-buahan.
Virus ini memiliki dua strain utama, yaitu yang berasal dari Malaysia dan Bangladesh. Sejauh ini, ratusan kasus infeksi Nipah telah di laporkan di berbagai negara, termasuk Malaysia, Singapura, India, dan Bangladesh.
Gejala yang di timbulkan oleh Virus Nipah sangat bervariasi. Beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala sama sekali, sementara yang lain mengalami gejala serius seperti infeksi saluran napas akut atau bahkan ensefalitis fatal.
Waktu timbul gejala umumnya berkisar antara 4-14 hari setelah terpapar virus Nipah, tetapi ada juga laporan kasus dengan masa inkubasi hingga 45 hari.
Pentingnya memahami potensi penyebaran virus Nipah di Indonesia tidak bisa di abaikan. Ahli epidemiologi, Dicky Budiman, menyoroti fakta bahwa virus Nipah sangat patogenik dan berpotensi menyebabkan wabah endemi maupun pandemi. Tingkat kematian akibat Nipah pun sangat tinggi, mencapai 75 persen.
Namun, Indonesia di hadapkan pada tantangan dalam mendeteksi infeksi virus Nipah dengan cepat dan efektif. Sistem deteksi yang belum memadai sejak pandemi COVID-19 menjadi titik lemah, mengingat luasnya negara ini dan keberadaan habitat liar yang kaya.