JABAR EKSPRES- Pada Selasa (19/9), Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bertemu langsung untuk pertama kalinya, menciptakan sebuah momen sejarah penting setelah keduanya secara perlahan meningkatkan hubungan bilateral.
Kedua negara sebelumnya pernah menjadi sekutu di kawasan mereka, tetapi hubungan mereka telah tegang selama lebih dari satu dekade. Ketegangan dimulai ketika Ankara mengusir duta besar Israel sebagai tanggapan atas serangan Israel pada 2010 terhadap kapal yang membawa bantuan untuk Gaza, yang menyebabkan kematian 10 warga Turki.
Meskipun hubungan diplomatik mereka dipulihkan pada tahun 2016, namun pada tahun 2018, Turki kembali menarik duta besar mereka dari Israel dan mengusir diplomat Israel setelah pasukan Israel membunuh sejumlah warga Palestina yang berpartisipasi dalam unjuk rasa di Jalur Gaza.
Kunjungan Presiden Israel, Isaac Herzog, ke Turki pada Maret 2022, diikuti oleh kunjungan para menteri luar negeri kedua negara, telah membantu meredakan ketegangan yang berlangsung selama lebih dari sepuluh tahun.
Baca juga: Presiden Turki Turki Recep Tayyip Erdogan Sampaikan Belasungkawa Atas Banjir Mematikan di Libya
Ketika bertemu dalam sidang Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kedua pemimpin membahas berbagai isu politik, ekonomi, dan regional, termasuk masalah Israel-Palestina, sesuai dengan pernyataan Kepresidenan Turki di media sosial.
Dalam pertemuan ini, Erdogan dan Netanyahu juga membahas peluang kerja sama di bidang energi, teknologi, inovasi, kecerdasan buatan, dan keamanan siber, menurut pernyataan dari kantor kepresidenan Turki. Sektor energi dianggap penting sebagai potensi kerja sama yang signifikan di antara keduanya, dengan fokus pada eksplorasi, produksi, dan perdagangan gas alam.
Pada tahun 2020, Turki memulai upaya diplomatik untuk memperbaiki hubungannya dengan negara-negara yang sebelumnya menjadi rivalnya, termasuk mendekati Mesir, Uni Emirat Arab, Israel, dan Arab Saudi.