“Kami dengan cukup yakin dapat mengatakan bahwa letusan gunung berapi seperti ini belum terjadi sejak 1880-an, ketika Krakatau meletus pada 1883,” ujarnya.
Letusan Hunga Tonga-Hunga Ha’apai juga melepaskan sekitar 500.000 ton sulfur dioksida ke stratosfer, yang cenderung memberikan efek pendinginan pada planet ini. Campuran antara uap air dan belerang membuat dampak dari letusan ini semakin kompleks.
Menurut sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature pada Januari, letusan ini dapat meningkatkan risiko suhu global mencapai 1,5 derajat Celsius untuk sementara waktu, setidaknya dalam satu dari lima tahun mendatang.
Luis Millan, seorang ilmuwan di California Institute of Technology, menyatakan bahwa letusan ini adalah yang pertama dalam catatan pengamatan yang mungkin dapat menghangatkan permukaan Bumi daripada meredupkannya.
Penelitian awal juga mengindikasikan bahwa “gumpalan air mungkin bertahan hingga sekitar delapan tahun di stratosfer,” yang merupakan lapisan atmosfer yang terletak sekitar 10-50 km di atas Bumi.
Meskipun belum ada kepastian mutlak mengenai dampaknya, Holger Voemel, seorang ilmuwan senior di Pusat Penelitian Atmosfer Nasional AS (NCAR), berpendapat bahwa letusan gunung berapi mungkin mempengaruhi pemanasan global.
Letusan gunung berapi yang dapat meredupkan sinar matahari biasanya terjadi sekitar dua kali dalam satu abad dalam 2.500 tahun terakhir. Contoh terakhir adalah letusan Gunung Pinatubo di Filipina pada tahun 1991 yang mengakibatkan penurunan suhu global selama lebih dari setahun dengan membentuk kabut penutup.
Dalam 2.500 tahun terakhir, tercatat delapan letusan besar yang mengeluarkan air, seperti yang dilakukan oleh gunung berapi Tonga. Meskipun masih menjadi misteri seberapa sering letusan seperti itu terjadi, karena catatan letusan yang belum dapat terpantau dalam es di Greenland dan Antartika.
Sebelum meletus, Gunung Hunga Tonga-Hunga Ha’apai berada sekitar 150 meter di bawah permukaan laut. Namun, belum jelas berapa banyak gunung berapi lainnya yang berada di perairan yang cukup dangkal untuk melepaskan material ke atmosfer jika meletus.