JABAR EKSPRES – Imbas kebakaran yang melanda Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Sarimukti, nyatanya berakibat pada naiknya konsentrasi polusi udara di Kota Bandung.
Semula konsentrasi polusi dan kualitas udara di Kota Bandung berada di angka normal dengan nilai 20-25, yang kemudian naik imbas terbakarnya TPA Sarimukti menjadi 50-55.
Memburuknya kualitas udara di Kota Bandung menimbulkan kengerian bagi masyarakat. Hal ini berdasarkan letak Kota Bandung yang dikelilingi oleh pegunungan atau biasa disebut cekungan Bandung, yang membuat polusi sulit terurai akibat kondisi geografisnya.
BACA JUGA: Warga Bandung Dihantui El Nino Hingga Akhir Tahun Ini, BMKG: Desember Puncaknya
Pengamat Lingkungan Institut Teknologi Bandung, Puji Lestari menyebut, akibat dari letak geografis Kota Bandung yang dikelilingi pegunungan mengakibatkan kondisi udara tidak bisa terdispersi keluar.
Sehingga yang seharusnya polusi udara terdispersi keluar dan terbawa oleh angin, malah bakal berbalik akibat kondisi geografis Kota Bandung. Selain itu, hal tersebut juga ditakutkan bakal terakumulasi dengan polutan.
“Sebetulnya polusi udara itu bisa terbawa oleh angin dan keluar dengan jauh. Jadi prosesnya udara diencerkan jadi lebih rendah konsentrasi polusinya” ujar Puji Lestari.
“Tapi kan Bandungan ini cekungan, maka proses itu tidak bisa. Jadinya polusi malah berbalik yang terakumulasi didalam cekungan. Diproses ini hal tersebut bisa terakumulasi dengan polutan,” tambahnya.
Disisi lain, sulitnya pemadaman api di TPA Sarimukti diperburuk oleh kondisi musim kemarau berkepanjangan.
Badan Meteorologi, Klimatoligi, Geofisika (BMKG) memprediksi periode Juli – Agustus 2023 menjadi puncak musim kemarau di wilayah Bandung Raya. Namun hingga periode September, kemarau masih terjadi sampai saat ini.
BACA JUGA: Bantah Ribuan Warga Mengungsi Akibat Kebakaran TPA Kopi Luhur, BPBD Kota Cirebon Beberkan Hal Ini
Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu menyebut, hingga kini pihaknya tengah mengobservasi terkait analisa curah hujan. Selain itu, situasi tersebut juga bakal menyebabkan potensi kekeringan dan kekurangan air bersih di Wilayah Bandung Raya.
“Oleh karena itu wilayah Bandung Raya juga berpotensi mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih untuk keperluan sehari-hari,” ujar Teguh Rahayu.