JABAR EKSPRES – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan peristiwa perubahan iklim yang saat ini sedang berlangsung berpengaruh signifikan terhadap populasi tumbuhan di Bumi.
“Perubahan iklim menyebabkan perubahan perilaku dan fungsi tumbuhan,” ujar Periset Ekofisiologi dan Simbiosis Tumbuhan BRIN Frisca Damayanti, Jumat (8/9).
Frisca Damayanti menjelaskan bahwa perubahan tersebut meliputi respons, metabolisme, reproduksi, interaksi, dan pertahanan suatu spesies tumbuhan bisa didapati dengan riset-siet simbiosis dan ekofisiologi.
Dia menilai perihal tersebut sangat esensial lantaran salah satu usaha untuk mengonservasi tumbuhan-tumbuhan langka yang kini terancam punah.
Berlandaskan data yang dirilis oleh World Meteorological Organization (WMO) atau Organisasi Meteorologi Dunia tahun 2022 menempati peringkat keenam tahun terpanas dunia.
Baca Juga: Viral Di TikTok Buku Anak Disusupi LGBT! Orang Tua yang Punya Anak Wajib Hati-hati
Dalam catatan WMO periode 2015 hingga 2022 merupakan delapan tahun terpanas. Di awal Desember 2020 pun menempatkan tahun 2016 sebagai tahun terpanas (peringkat utama) dengan tahun 2022 sementara on-the
rack mengarah salah satu dari tiga tahun terpanas yang pernah tercatat.
Akademisi Universitas Kyoto Jepang Masaru Kobayashi mengungkapkan adanya perubahan iklim menjadi beberapa jenis tumbuhan tropis menghadapi kekurangan mikronutrien unsur boron (B) dan silikon (Si).
Masaru Kobayashi menjelaskan bahwa belum ada unsur lain yang dapat mengambil alih kekurangan mikronutrien unsur boron dan silikon itu.
“Hal ini terbukti sangat mempengaruhi proses pertumbuhan sorgum dan beberapa jenis tanaman lain,” ucap Kobayashi.
Tahun 2022, Indonesia sudah mengungkapkan enhanced NDC dengan target mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 31,89 persen dengan upayanya sendiri serta 43,20 persen apabila dibantu internasional.