JABAR EKSPRES – Goa Belanda merupakan salah satu destinasi wisata yang begitu sohor di Bumi Siliwangi. Tempat ini adalah salah satu destinasi wajib jika pelancong berkunjung ke Bandung.
Goa Belanda terletak di dalam kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda, Kabupaten Bandung. Berdasarkan catatan sejarah, Goa Belanda tersebut telah dibangun sejak tahun 1906 atau zaman kolonial Belanda.
Oleh Belanda, goa ini berfungsi sebagai terowongan penyadap aliran Sungai Cikapundung untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Terowongan penyadap air ini dibangung oleh BEM (Bandoengsche Electriciteit Maatschappij).
BACA JUGA: Balai Kota Bandung: Dari Gedung Kopi, Kini Jadi Bagian Penting Negeri
Pembangunan ini didasari pada kebutuhan Kota Bandung yang pada saat itu (1906) telah berkembang menjadi kotapraja dengan jumlah penduduk mencapai 47.500 jiwa. Akan tetapi, dengan alasan yang tidak diketahui, PLTA ini tidak berfungsi lagi hingga kini.
Di tahun 1918, terowongan ini berubah fungsi menjadi lokasi kebutuhan militer. Akibatnya, ada penambahan beberapa ruang di bagian kiri dan kanan terowongan utama.
Di lain sisi, sistem PLTA kembali dibangun dengan mengubah jalur penyadapan air sehingga Goa Belanda yang berfungsi sebagai lokasi militer tersebut tidak terganggu. Saluran bawah tanah di kawasan tersebut difungsikan sebagai aliran baru PLTA.
BACA JUGA: Villa Isola Bandung: Sejarah Panjang Belanda, Jepang hingga UPI
Aliran baru tersebut dibentuk sedemikian rupa hingga muncul kembali ke permukaan tanah di Pintu II Tahura dan tertampung pada tandon harian yang bernama ‘Kolam Pakar’.
Air di Kolam Pakar tersebut kemudian dialirkan ke PLTA Bengkok (difungsikan sekitar tahun 1923). PLTA itu telah dikelola oleh GEBEO (Gemeenscaapelijk Electriciteit Bedrijf voor Bandoeng en Omstreken) sejak tahun 1921. Kemudian, hak pengelolaan itu berpindah ke PLN (Perusahaan Listrik Negara) pada masa kemerdekaan RI.
Menjelang Perang Dunia II, Bandung menjadi markas militer Belanda dan sekutu (Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Australia, dan Selandia Baru) sekaligus benteng pertahanan terakhir bagi Belanda.
BACA JUGA: Jembatan Pasupati: Ikon Kota Bandung dengan Segala Sejarah Didalamnya
Di masa ini, Belanda memperluas goa dan jaringan stasiun radio komunikasi. Mereka membangun stasiun radio komunikasi pengganti di Malabar, Gunung Puntang. Saat itu, Gunung Puntang merupakan kawasan yang tidak terlindung dari serangan udara.