Dari jumlah tersebut, baru 145 situs yang berhasil diidentifikasi oleh Direktorat Kebudayaan Kementerian Riset dan Teknologi, dan baru beberapa tinggalan arkeologi yang telah diproses.
Kedepannya, Direktorat Kebudayaan akan melakukan kegiatan di seluruh Indonesia dengan harapan situs-situs cagar budaya dan situs bawah laut menjadi destinasi yang perlu dilindungi.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan kegiatan ini menjadi motivasi bagi kita untuk melihat bagian dari sejarah dan budaya yang perlu dilestarikan, salah satunya warisan bawah laut.
Apalagi, saat ini belum optimal mengangkat kebudayaan di sisi ini. Oleh karena itu, Dirjen Kebudayaan akan mengadakan pelatihan untuk mengajak para penyelam profesional agar dapat mengenal, memahami, dan berpartisipasi dalam pelestarian warisan budaya bawah laut.
Hilmar menambahkan, upaya pengenalan warisan budaya bawah air menjadi penting karena keberlangsungan warisan budaya bawah air di masa depan menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat.
Dalam kesempatan ini, Komandan Satuan Brimob Polda Bali Kombespol Firdaus Wulanto bertindak sebagai inspektur upacara bawah air yang diikuti oleh 48 penyelam yang terbagi dalam tiga barisan 17-8-23 yang merepresentasikan tanggal 17 Agustus 2023.
Peserta upacara bawah air ini merupakan hasil kerja sama antara Satuan Brimob Polda Bali dengan 17 komunitas penyelam pemerhati warisan budaya bawah laut, perwakilan dari berbagai provinsi di Indonesia.
Ke-17 komunitas penyelam tersebut antara lain Celebes Diving, Komunitas Bahari, Jogja Dive Center, Komunitas Selam Gorontalo, Ghapura Raja Ampat Diving, Manado Free Diving, HIMA Arkeologi Bawah Air Universitas Gadjah Mada, dan PB POSSI yang bergerak di bidang Arkeologi bawah air.
Selain itu, ada juga Emas Diving Club (EDC), Rafflesia Bengkulu Dive Center, Kelompok Penyelam Arkeologi Gwen Dive Belitung (KOMPAK), Polairud Polda Jambi, Komunitas Selam Bangka, Komunitas Selam Belitung, dan Komunitas Selam Adespin.