JABAR EKSPRES – Memperingati hari kemerdekaan RI yang ke-78 tahun ini, banyak kegiatan diselenggarakan masyarakat untuk merayakannya. Berbagai sukacita kemeriahkan digelar dalam satu bulan, bahkan kadang hingga ke bulan berikutnya. Sesungguhnya apa makna kemerdekaan, benarkah harus dirayakan sedemikian meriahnya untuk menunjukkan sebesar apa cintanya kita kepada tanah air tercinta.
Makna kemerdekaan bagi setiap orang pasti akan berbeda, namun kita akan mengulas beberapa hakekat kemerdekaan dari berbagai perspektif islami seperti yang lansir di laman mui.or.id.
Dalam Bahasa Arab sendiri, ditemukan definisi kemerdekaan yaitu al-istiqlal sehingga hari kemerdekaan disebut ied al-istiqlal. Atau jika dicarikan makna lain dari merdeka adalah bebas, maka arti dari bebas adalah al-hurr, dengan bentuk verbanya kebebasan adalah al-hurriyah.
Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kemerdekaan memiliki makna keadaan berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan sebagainya) atau kebebasan.
Ibnu ‘Asyur dalam karyanya “Maqasid al-Syari’ah al-Islamiyah”, memaknai al-Hurriyah dengan dua makna yaitu yang pertama, kemerdekaan bermakna lawan kata dari perbudakan.
Kedua, makna metaforis dari makna pertama, yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur dirinya sendiri dan urusannya sesuka hatinya tanpa ada tekanan.
Baca juga : 35 Ucapan 17 Agustus 2023 Semangat Kemerdekaan Indonesia
Menurut Ibn Asyur, ada beberapa aspek kemerdekaan dan kebebasan yang dikehendaki syariat Islam. Di antaranya, kebebasan untuk berkeyakinan (hurriyyah al-i’tiqad), kebebasan berpendapat dan bersuara (hurriyyah al-aqwal), termasuk di dalamnya kebebasan untuk belajar, mengajar, dan berkarya (hurriyyah al-‘ilmi wa al-ta’lim wa al-ta’lif), lalu kebebasan bekerja dan berwirausaha (hurriyyah al-a’mal).
Sementara di dalam Alquran tidak secara jelas tersurat menyebutkan kata kemerdekaan, namun secara tersirat setidaknya ada beberapa ayat yang berbicara tentang kemerdekaan.
Beberapa ayat tersebut adalah :
1. QS al-An’am ayat 76-79 :
Makna kemerdekaan pada kisah perjalanan spritual Nabi Ibrahim alaihissalam dalam mencari Tuhan.
Perjalanan spiritual tersebut merupakan upaya Nabi Ibrahim untuk membebaskan hidupnya dari keyakinan yang diyakininya keliru, yaitu keyakinan nenek moyangnya menyembah berhala.