“Masyarakat Sukabumi Terutama Eddie Soekardie merasa gerakan tersebut patut dicurigai karena Pertama ada pasukan nika yang ikut rombongan tersebut, yang kedua ada komunike atau ada persetujuan setiap perbekalan akan di kawal oleh TKR tapi ternyata tidak dilibatkan,” ujarnya.
“Atas dasar itu, Eddie Soekardie ijin kepada Didi kasasmita akhirnya mendapatkan jawaban “sudah kalo mau serang serang aja”, Dia (Didi Kasasmita) tidak memberikan instruksi untuk menyerang, namun membiarkan perang tersebut,” tuturnya.
Diketahui Eddie Soekardie adalah komandan komandemen Cianjur-Sukabumi. Setelah mendapat Jawaban tersebut akhirnya terjadi penyergap di Bojong kokosan.
“Sebelum terjadi penyergapan 9 Desember terlebih dulu ada peristiwa perang kecil kecilan seperti perang Cicurug,Ciranjang, tapi yang besarnya di 9 Desember karena direncanakan matang,” ujarnya.
BACA JUGA: Jelang HUT RI ke-78, Kirab Merah Putih di Bogor Suguhkan Tradisi Guyub
“Jadi ada konsep memukul ular berbisa. Konvoy tersebut panjang sampai 12 KM, ada truk, ada Brencarrier dan lainnya. Itu caranya dengan memotong dari kepala, tubuh, hingga ekor. Jadi 9 Desember ketika ada celah sempit di Bojong Kokosan dihajar akhirnya cerai berai kemudian terpotong. Meskipun kita melawan namun karena kekuatan kita kecil, kita hampir kalah beruntung karena ada hujan jadi akhirnya tidak bisa dikejar oleh pasukan Inggris,” sambungnya.
Kemudian pasukan Sekutu kembali melanjutkan perjalanan namun di jalan mereka merasa waswas sebab ada pasukan sniper yang awalnya tentara Sekutu menganggap mereka di sergap oleh pasukan tak terlatih. Ternyata yang jadi soal adalah sniper Indonesia yang menembak prajurit Inggris di posisi vital seperti supir, pemegang radar, kemudian ada satu perwira yang kena tembakan hingga tewas. Hal tersebut lah yang menakutkan mereka, selain dengan ranjau dan juga penyerangan secara sporadis kemudian sniper sniper terus menghantui.
“Yang unik dari hal tersebut adalah menggunakan sniper yang terbatas. Jadi misal dari Bojong kokosan mereka menembak habis, itu mereka lari untuk memberikan sniper ke pasukan lain yang sudah siap menembak, nanti abis selesai lari lagi, sehingga pasukan musuh berfikir ini ga habis-habis ditembakin. Akhirnya karena kondisi tersebut, pasukan Inggris yang disebut pemenang perang Dunia Kedua itu hancur mentalnya disitu, dan tidak mau lanjut ke Bandung sebelum ada ketegasan mereka tidak diserang,” beber Irman.