Baca juga : Sidang Tahunan MPR 16 Agustus 2022, Presiden Jokowi Menggunakan Baju Adat Apa? Ini Jawabannya
– Akeseoris tambahan bagi kaum prianya berupa tatabun ulun (kain penutup kepala), somalea (hiasan dari cendrawasih di kepala), kmwenga (anting emas atau perak) dan wangpar (gantungan emas di dada).
Secara umum, motif kain tenun ikat adat Tanibar didominasi oleh garis-garis dan corak tertentu yang diadaptasi dari lingkungan sekitarnya yang masih sangat alami.
Dari 47 motif tenun ikat yang pernah dimiliki suku Tanibar, hanya 7 motif yang kini masih terus digunakan para pengrajinnya, masing-masing motif ternyata memiliki filososfi yang kuat dalam melambangkan sesuatu, berikut filosofi dalam motif kain ternun ikat Tanibar:
Motif Lelmuku (Bunga Anggrek): ciri khasnya ada bunga anggrek yang diapit oleh beberapa garis yang melambangkan kecantikan, keanggunan, dan keuletan.
Motif Sair (Bendera): berbentuk seperti bendera yang menggambarkan semangat masyarakat Kepulauan Tanimbar dalam mempertahankan identitas semua wanita.
Motif Tunis (Anak Panah): berbentuk anak panah yang diapit oleh beberapa garis. Motif ini menggambarkan kesiapan mental masyarakat Kepulauan Tanimbar yang selalu berhati-hati.
Baca juga : Kali Pertama Pakai Pakaian Adat
Motif Ulerati (Ulat kecil): berbentuk ulat kecil yang dikombinasikan beberapa motif lainnya. Filosofinya tentang kecintaan masyarakat akan lingkungan sekitar.
Motif Eman Matan Lihir: terinspirasi dari jenis busana pria jaman dulu, tetapi yang dipandang dari satu sisi.
Motif Mantatur (Tulang Ikan): memiliki ciri khas berwarna biru yang menggambarkan warna laut dan motif tulang ikan yang menggambarkan sumber daya laut yang berlimpah.
Motif Wulan Lihir (Bulan Sabit): motif ini dibuat terinspirasi dari bulan dan keadaan alam masyarakat Tanimbar. Pada waktu bulan bersinar, masyarakat melakukan pelayaran untuk mencari hasil laut dan makanan di darat.