Allah Ta’ala berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿٩٧﴾
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl : 97)
Seseorang yang sering melakukan maksiat, maka dia tidak akan merasakan ketenangan dan hatinya selalu tidak puas, karena dosanya akan menghalanginya untuk mendapatkan itu semua.
Makanya barangsiapa yang sudah kerja keras banting tulang dan peras keringat siang malam namun tetap juga tidak mendapatkan kehidupan yang baik hendaknya dia introspeksi diri, yang salah bukan gajinya, yang salah bukan pada kerja kerasnya, namun yang salah adalah ada pada amalannya, mungkin dia telah melakukan kemaksiatan atau mungkin dia telah menzhalimi orang lain.
Baca juga : 4 Hal ini Jadi Pengingat Paling Ampuh untuk Tinggalkan Maksiat
3. Menghalangi Ketaatan
Kemaksiatan merupakan lawan dari ketaatan. Tidaklah seseorang melakukan satu kemaksiatan melainkan dia telah meninggalkan satu ketaatan. Semakin sering dia melakukan kemaksiatan semakin sulit dia melakukan ketaatan, karena kemaksiatan itu terjadi karena mengikuti kemaksiatan yang telah dia lakukan sebelumnya.
Al-Hasan Al-Bashri mengatakan:
وَإِنَّ مِنْ عَلَامَةِ قَبُوْلِ الْحَسَنَةِ فِعْلَ الْحَسَنَةِ بَعْدَهَا، وَإِنَّ مِنْ عُقُوْبَةِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ بَعْدَهَا.
Diantara tanda diterimanya kebaikan seseorang dia akan melakukan kebaikan lagi setelahnya, dan diantara hukuman bagi kemaksiatan dia akan dimudahkan melakukan kemaksiatan yang lainnya setelahnya.
Jika sering menyaksikan orang yang durhaka kepada Allah dan para pelaku maksiat, semakin hari semakin besar kedurhakaannya dan semakin mudah dia melakukan kemaksiatan-kemaksiatan lainnya, dan semakin sulit ia dari melakukan kebaikan dan ketaatan.
4. Menimbulkan Permusuhan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ؛ مَا تُوَادُّ اثْنَانِ فَفُرِّقَ بَيْنَهُمَا، إِلَّا بِذَنْبٍ يُحْدِثُهُ أَحَدُهُمَا
Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah dua orang saling mencintai kemudian keduanya berpisah/bermusuhan/tidak lagi saling mencintai melainkan karena dosa yang dilakukan oleh salah satu diantara keduanya.” (Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Adab Mufrad, dinilai hasan oleh Ahmad Syakir dan dinilai shahih oleh Syu’aib Al-Arna’uth)
Imam Al-Muzani mengatakan:
إِذَا وَجَدْتَ مِنْ إِخْوَانِكَ جُفَاءً، فَتُبْ إِلَى اللهِ، فَإِنَّكَ أَحْدَثْتَ ذَنْبًا وَإِذَا وَجَدْتَ مِنْهُمْ زِيَادَةَ وَدٍّ، فَذَلِكَ لِطَاعَةٍ أَحْدَثْتَهَا، فَاشْكُرِ اللهَ تَعَالَى.
Apabila engkau mendapati dari temanmu sikap yang tidak enak, sikap yang dingin maka hendaknya engkau bertaubat kepada Allah, karena sesungguhnya engkau telah berbuat dosa. Dan apabila engkau mendapatkan dari mereka rasa cinta yang bertambah maka ketahuilah itu karena ketaatan yang telah engkau lakukan maka bersyukurlah kepada Allah.