JABAR EKSPRES- Kementerian Pendidikan Jepang berencana untuk mengembangkan teknologi AI generatif atau kecerdasan buatan yang dapat menghasilkan hipotesis ilmiah dan medis dengan cara mempelajari makalah penelitian dan gambar riset, guna membantu proses riset.
Menurut laporan dari Nikkei pada hari Minggu, pemerintah Jepang berharap bahwa dengan mengembangkan teknologi kecerdasan buatansendiri, mereka dapat menjamin keamanan data sekaligus meningkatkan daya saing nasional.
Saat ini, pengembangan AI difokuskan pada bidang penelitian ilmiah dan medis, yang diperkirakan akan memerlukan biaya sebesar 30 miliar yen (sekitar Rp3,2 triliun).
Baca juga: Nokia Mate Ultra 2023 Memukau Dunia dengan Baterai Super 8500 mAh dan RAM 12GB!
Kementerian Pendidikan Jepang berencana untuk mengumpulkan pendanaan untuk tahap pengembangan awal pada tahun anggaran 2024.
Proyek ini akan dipimpin oleh lembaga penelitian Riken. Rencananya, teknologi AI ini akan diuji coba di laboratorium eksternal dan perusahaan mulai dari tahun fiskal 2025.
Perkiraan proyek ini berlangsung selama delapan tahun dan diharapkan teknologi ini akan tersedia bagi para peneliti secara nasional mulai dari tahun fiskal 2031.
Baca juga: Nokia X200 Ultra Hp Kamera 200MP dan Baterai Monster? Berikut Faktanya
Data penelitian tambahan akan dimasukkan ke dalam AI generatif untuk membuatnya mampu mengidentifikasi zat penyebab penyakit atau merancang material untuk digunakan di bidang medis atau industri.
Riken memiliki koleksi data penelitian yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan AI generatif. AI akan mempelajari data yang berkaitan dengan senyawa kandidat atau gambar diagnostik yang digunakan dalam penelitian di bidang medis dan industri.
Teknologi kecerdasan buatan ini juga akan membantu dalam penulisan makalah dengan meneliti literatur masa lalu. Di masa depan, peneliti dapat berinteraksi dengan AI untuk menemukan dan menguji hipotesis baru.
Saat ini, perusahaan dari AS seperti Open AI dan Google menjadi yang terdepan dalam tren pengembangan AI generatif. Di Jepang, NTT dan SoftBank juga sedang mengembangkan model AI yang kompatibel dengan bahasa Jepang. Teknologi tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas di bidang administrasi, seperti pembuatan surat elektronik, dokumen, dan notula.